Kamis, 18 Mei 2017

Mengapa oli hidrolik berubah warna

Ketika oli hidrolik berubah warna dari bening menjadi coklat tua, mungkin kita akan timbul beberapa pertanyaan :
·         Apakah ini berarti kita harus segera mengganti oli hidrolik ini?
·         Apakah oli hidrolik sudah kehilangan daya lumasnya?
·         Apakah oli telah terkontaminasi dalam operasionalnya?
·         Apakah ini kondisi normal pemakaian yang bisa diukur dengan hasil lub oil analisys yang bisa dikategorikan wajar?

Beberapa pertanyaan di atas mungkin perlu didiskusikan. Banyak orang membandingkan oli hydraulic industry dengan oli hydraulic yang digunakan pada alat berat yang bergerak, sehingga diasumsikan jika oli sudah berubah warna menjadi coklat tua, maka harus segera diganti tanpa mempertimbangkan seberapa lama sudah digunakan.

Ini mudah saja untuk dihiraukan bahwa oli di system hidrolic dalam industri memiliki perbedaan lingkungan pada internal combustion engine ( pembakaran internal mesin ). Perubahan warna dalam oli hidrolik merupakan tanda yang baik sebagai peringatan. Namun perlu harus kita tahu mengapa oli hidrolik berubah warna.

Ada dua hal umum yang menyebabkab oli berubah warna gelap yaitu tekanan temperature dan oksidasi, keduanya memang perlu adanya pergantian oli. Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mengambil sample untuk dilakukan lab analisis. Sebenarnya walaupun oli hidrolik telah berubah gelap tapi masih bagus digunakan, tapi ada juga yang warnanya masih bening namun sudah tidak memiliki daya lumas dan tidak bisa melindungi system hidrolik. Jadi sebenarnya kita tidak bisa hanya melihat secara warna saja untuk mempertimbangkan oli masih layak atau tidaknya.

Bagaimanapun juga, warna mulai gelap pada oli merupakan tanda beberapa hal potensi masalah dalam system hidrolik. Mungkin dalam system ada satu atau beberapa titik panas / hot spot yang membuat oli meningkat panas secara signifikan di area tertentu, dan akan turun lagi suhunya ketika masuk reservoir ( penampungan oli ).

Ada satu case yang bermasalah pada kegagalan valve ( katup ) yang menyebabkan oli masuk celah sehingga terjadi penurunan tekanan yang signifikan. Ini menyebabkan sejumlah titik panas. Walaupun hal kecil begini, namun bisa menyebabkan oksidasi & temperature naik yang merupakan penyebab oli hirolik berubah warna.

Ketika sample diuji, dan jika menunjukkan jumlah asam ( acid number ) dan viscosity ( tingkat kekentalan ) tidak berubah atau masih dalam tahap toleransi. Maka hal ini menghilangkan kemungkinan terjadinya oksidasi dan temperature tinggi yang berakibat perubahan warna oli hidrolik. Langkah berikutnya perlu diperiksa valve dengan memperhatikan varnish atau kerak akibat terjadinya panas. Dan mengganti valve jika ada yang bermasalah. Oil analysis tadi menunjukkan bahwa oli masih bisa digunakan. Sebenarnya selama tidak ada perubahan dalam operasional system kemungkinan sangat kecil berubah warna, namun perlu juga diperhatikan valve & seal pada systemnya.

Ketika oksidasi, terjadi reaksi bergabungnya oli dan oksigen, ini lah yang membuat stabilitas oli berkurang, menyebabkan perubahan warna sebagai indikasi tidak bagus tingkat oksidasinya. Didalam oli hidrolik sebenarnya ada additive antioksidan yang berfungsi untuk menghambat terjadinya reaksi yang merusak stabilitas oli.

Antioksidan akan bereaksi untuk melindungi kualitas oli dengan merubah warnanya dari kunig terang sampai hitam gelap tergantung tingkat oksidasinya. Ada sejumlah factor termasuk formulasi oli, kondisi operasional dan kontaminan ( bahan yang mengkontaminasi ) yang menyebabkan warna oli berubah walaupun tidak terjadi penurunan kualitas oli. Walaupun perubahan warna oli merupakan tanda, namun oli masih memiliki antioksidan yang baik sampai batas tertentu yang memang sudah sebenarnya harus diganti.

Sekali lagi, cara yang tepat melihat tingkat oksidasi adalah dengan oil analysis yang menunjukkan peningkatan viscositas & jumlah asam ( acid number ) sebagai tanda oli teroksidasi.


Adanya metal catalyst particle, panas /heat, oksigen dan air memiliki kantirbusi dalam oksidasi oli. Dampaknya adalah meningkatnya jumlah asam dan korosi pada komponen atau sejenisnya. Dampak lain meningkatnya viscositas yang berasal dari kontaminan yang bercampur dalam oli. Ini akan meninggalkan lumpur, kerak atau tar yang tipis yang tidak larut dan membuat lapisan dipermukaan internal system. Proses degradasi dipercepat dengan komponen tadi.

Oksidasi bisa dijaga dengan maintenance yang baik. Tingkat reaksi kimia dalam oli termasuk oksidasi akan berlipat ganda setiap kenaikan suhu 10 C. Untuk hampir semua hidrolik yang berbahan dasar mineral oil, direkomendasikan pada suhu 60 C dan setiap kenaikan 5 C usia pakai akan berkurang setengahnya.

System pressure / tekanan akan berdampak yang berbeda. Semakin meningkat tekanan akan berdampak pada viscositas yang menyebabkan gesekan dan panas. Juga meningkatnya tekanan bisa memasukkan angin termasuk oksigen. Dengan penambahan oksigen akan meningkatkan reaksi oksidasi dalam oli. Jadi sangat direkomendasikan menjaga tingkat tekanan yang dianjurkan oleh pabrikan pembuat system hidrolik agar usia pakai oli dan komponen terjaga.
Kontaminan lainnya ada juga yang menyebabkan dampak oksidasi. 1 persen lumpur / sludge dalam oli hidrolik akan membuat ganda tingkat oksidasi oli jika dibandingkan dengan oli yang tanpa lumpur/sludge. Kandungan metal terutama copper / tembaga merupakan katalis / bahan yang mempercepat oksidasi. Sedangkan penyebab yang lain adalah air. Kehadiran air dan tembaga akan muncul saat panas muncul.

Ketika kita menenukan oli hidrolik berubah warna , jangan diasumsikan harus segera diganti. Hal ini sangat mungkin terjadi, jadi perlu diperhatikan komponen atau oli sisa saat pergantian dengan oli baru. Maka perlu dilakukan oil analysis agar diketahui penyebabnya. Selanjutnya memeriksa pusat reservoir ( tampungan oli ).
Lakukanlah pengujian oli pada periode waktu tertentu dengan lokasi pengambilan sampel yang bervariasi sehingga mendapatkan hasil perawatan yang maksimal.