Selasa, 22 Desember 2015

Cara Memilih Grease Berdasarkan Temperatur Pada Aplikasi


Pada tulisan ini kami akan membahas tentang pemilihan grease secara umum yang digunakan berdasarkan suhu operasional sebauh aplikasi. Begitu banyak pilihan grease di pasaran kadang membuat beberapa orang bingung untuk memilih yang lebih cocok, baik secara harga maupun kualitas.

Untuk type grease multipurpose berbahan thickener Calcium memiliki interval suhu yang dijangkau hingga 90° C. Grease ini biasa digunakan untuk pelumasan pada chasis.
Ada lagi type grease multipurpose berbahan thickener Lithium. Type ini memiliki interval suhu sekitar -30 ° C hingga + 120 ° C. Type inilah yang paling banyak digunakan di industry, baik dari sisi jangkauan temperature maupun dari sisi harga yang paling bersahabat dengan budget.

Salah satu masalah suhu pada aplikasi, yaitu pada sebuah aplikasi yang bekerja dalam lingkungan dingin. Misalnya di industri makanan beku atau di daerah eropa saat musim dingin. Pada kondisi ini harus dihindari grease yang mengeras jika terkena suhu dingin. Solusi yang mungkin digunakan yaitu type grease dengan thickener Lithium Complex yang dapat menjangkau pelumasan yang baik pada suhu turun ke -50 ° C. Pada suhu yang lebih rendah, komponen baja bisa menjadi lebih rapuh. Namun demikian ada grease tertentu, berdasarkan thickener  anorganik dan ester sintetis diklaim mampu memberikan kinerja yang baik pada suhu turun ke -70 ° C. Produk-produk ini biasanya ditemukan dalam aplikasi penerbangan.

Jika dilihat secara umum kinerja sebuah grease, pada saat peningkatan suhu sebuah aplikasi dapat  menurunkan usia pakai grease. Aturan yang sering digunakan pada sebuah pelumasan adalah jika di atas 70 ° C, maka usia pakai grease berkurang setengahnya dengan setiap meningkatan suhu  15 °C. Oleh karena itu penting untuk diperhatikan stabilitas thermal sebuah grease. Hal ini bisa dilihat dari semua komponennya dari thickener / pengental, base oil / minyak dasar dan aditif.

Kisaran suhu operasional antara 120 ° C dan 150 ° C pada dasarnya dapat discover dengan grease type Polyurea atau type complex, seperti Aluminum Complex, Calcium Sulphonat Complex, Lithium Complex. Type ini memiliki base oil yang stabil dan aditif yang lebih baik.  Struktur serat padat pada thickener complex melindungi grease dari oksidasi pada penggunaan di suhu yang lebih tinggi.

Hal ini penting diperhatikan bahwa thickener / pengental dalam struktur grease, bersamaan dengan peningkatan suhu dapat menurunkan viskositas minyak dasar dan bisa meningkatkan tingkat pemisahan dalam ikatan struktur grease.

Masalah yang nyata terjadi pada suhu operasional antara 150 ° C dan 200 ° C. Pada sebagian besar aditif sudah mulai terurai dan membentuk produk degradasi reaktif yang akan mempercepat oksidasi grease. Produk grease dengan bahan dasar minyak mineral jarang dapat mengatasi kondisi ini, walaupun dalam i periode waktu  yang sangat singkat. Maka harus digunakan grease dari bahan minyak sintetis seperti PolyAlphaOlefines (PAO )  atau ester sintetis.

Untuk pelumasan pada suhu di atas 200 ° C adalah sangat sulit. Beberapa grease yang dikalim bisa digunakan pada suhu tinggi terkadang hanya beroperasi baik untuk waktu yang sangat terbatas.  Pilihan Grease yang berbahan dasar PTFE / Teflon dan fluoropolyethers dapat digunakan dalam aplikasi khusus pada suhu antara 200 ° C dan 280 ° C. Namun type ini memiliki harga yang sangat mahal dan salah satu kelemahan yaitu dapat membentuk gas beracun pada suhu di atas 280 ° C. Maka perlu diperhatikan jangkauan suhu operasional aplikasinya.


Untuk penanganan di atas suhu 280° C bisa digunakan grease type paste atau type anti seize yang dapat menjangkau sampai suhu 1100° C.

Rabu, 02 Desember 2015

Sedikit mengulas tentang viskositas pelumas


Seperti yang kita semua tahu bahwa viskositas adalah properti fisik yang paling penting pada pelumas. Pada dasarnya tingkat viskositas merupakan daya mengalirnya sebuah cairan. Salah satu yang mempengaruhi tingkat viskositas adalah temperatur cairan. Maka viskositas pada sebuah pelumas diukur pada ketetapan suhu 40 C dan 100 C.

 Viskositas merupakan ukuran resistensi minyak untuk mengalir, atau lebih sederhana, seberapa tebal lapisan film minyak akan terbentuk. Tingkat viskositas minyak yang sangat penting dalam menciptakan film minyak (wedge hidrodinamik) yang dapat melindungi gesekan antara permukaan.

Viskositas mempengaruhi timbulnya panas saat terjadi gesekan yang dihasilkan dalam semua peralatan.  Tingkat viskositas mengatur efek pengisian dan tingkat konsumsi minyak. Viskositas juga menentukan kemudahan di mana mesin dapat dimulai atau dioperasikan pada kondisi temperatur yang berbeda-beda, terutama pada kondisi aplikasi masih dingin. Tingkat viskositas juga dipengaruhi oleh kontaminan dalam minyak, tekanan sangat tinggi, panas yang ekstrim, penguapan dan kekuatan geser.

Air murni yang mengalir memiliki viskositas 1 Centistoke. Apabila sebuah pelumas dengan viskositas 200 centistokes akan 200 kali lebih kental sebagai air murni. Sebagai perbandingan, mempertimbangkan bahwa madu memiliki viskositas sekitar 10.000 centistokes pada suhu kamar.

Berikut ini tes yang direkomendasikan untuk sebuah pelumas sesuai dengan standard dari ASTM ( American Society for Testing Materials )
·         viskositas (ASTM D445),
·         jumlah asam (ASTM D664 atau ASTM D974),
·         elemen aditif (ASTM D5185),
·         oksidasi (ASTM E2412 FTIR),
·         nitrasi (ASTM E2412 FTIR),
·         penampilan cairan (ASTM D4176),
·         tingkat kelembaban (ASTM E2412 FTIR),
·         jumlah partikel (ISO 4406: 99),

·         unsur kontaminan (ASTM D5185).


Selasa, 01 Desember 2015

Memahami tentang pelumas recycle

Saya mendapatkan pertanyaan dari seorang  purchasing di sebuah industri : "Perusahaan kami  mendapatkan tawaran untuk membeli pelumas, sebuah brand yang saya tahu pelumas meraka memiliki base oil / oli dasar : pelumas recycle / daur ulang. Mereka memberikan diskon yang signifikan. Dapatkah Anda menjelaskan proses recycle / daur ulang tersebut dan apakah minyak recycle sebagus base  oil / oli dasar yang virgin dari minyak bumi?"

Recycle / pemurnian ulang atas oli yang sudah dipakai adalah proses yang digunakan untuk memperbaiki pelumas yang telah digunakan dan mengembalikannya ke base oil berkualitas tinggi. Saat ini di dunia, hampir sekitar 40 persen dari pelumas yang telah digunakan ditampung dan didaur ulang dalam beberapa cara, sementara sisa 60 persen yang lain hilang. Dari hampir semua pelumas bekas yang telah ditampung, sebanyak hampir 14 persennya didaur ulang menjadi oli dasar lagi.

Isu terpenting mengapa recycle ini dilakukan adalah dampak lingkungan atas oli bekas tersebut. Namun terkadang pemilik industri juga tidak mau berisiko rusak jika menggunakan pelumas yang dari oli dasar recycle.  

Mungkin kita perlu ulas sedikit tentang proses sebuah pelumas yang digunakan pada sebuah aplikasi hingga proses pembuangan. Berikut kita urai satu per satu :

Pada saat oli digunakan terjadi proses yang bertahap terjadi kontaminasi pelumas, penipisan aditif dan peningkatan viskositas (kekentalan).  Pada tahap tertentu pelumas sudah tidak layak lagi untuk dipakai karena kualitasnya jauh menurun.

 Meskipun paket aditif dalam pelumas telah habis, tapi oli dasar dalam pelumas tersebut masih dalam kondisi relatif baik. Karena jenis pelumas ini merupakan jenis  bahan yang dapat merusak alam, maka perlu dilakukan daur ulang. Proses daur ulang untuk menyuling minyak pelumas termasuk kategori berbahaya, maka perlu ijin khusus bagi yang melakukannya. Hasilnya beraneka ragam, ada yang berupa bahan bakar, oli dasar, dan beberapa jenis bahan kimia untuk industri.

Kita kembali ke proses daur ulang pelumas bekas untuk menjadi oli dasar. Ada beberapa tahapan yang digunakan dari proses untuk menghilangkan kontaminan, air dan aditif yang masih tersisa. Karena pada dasarnya aditif merupakan bahan kimia yang membantu kinerja sebuah pelumas yang disesuaikan dengan letak & fungsi pelumas tersebut.

Dari hasil proses di atas sekitar 75 sampai 80 persen dari pelumas bekas yang didaur ulang menjadi oli dasar yang bagus. Selanjutnya merupakan proses untuk menjadikan oli dasar yang telah dihasilkan, kemudian di blending dengan formula dan campuran aditif tertentu, maka jadilah oli baru yang siap untuk dikemas dan dipasarkan.

Beberapa pelumas dengan bahan recycle ini membuktikan menjadi sebaik atau tidak lebih baik dari, pelumas yang dari oli dasar yang  murni dari minyak bumi. Hal ini sangat tergantung pada teknologi penyulingan dan sumber pelumas bekas yang digunakan. Pengujian independen oleh beberapa laboratorium menunjukkan bahwa "kinerja dan kualitas pelumas recycle kadang lebih baik, tapi kadang juga lebih buruk daripada beberapa stok pelumas dengan oli dasar virgin dari minyak bumi."

Jika saat ini kita melihat dipasaran untuk harga pelumas dengan bahan dasar oli recycle dengan yang murni dari minyak bumi, harga tidak terlalu jauh. Karena biaya untuk proses produksi sama-sama tinggi.


Jadi kesimpulan saya kembali lagi kepada konsumen untuk mengambil keputusan dalam penggunaan pelumas. Baik yang recycle maupun yang murni dari minyak bumi punya keunggulan dan kelemahan masing-masing.