Selasa, 27 Oktober 2015

Bagaimana proses penyulingan minyak menjadi base oil?


Sekitar 95 persen dari pelumas yang beredar di pasaran saat berasal dari minyak bumi / minyal mineral. Seperti diketahui bahwa sumber dari minyak mineral dari minyak bumi mentah yang disuling ( refinery ).
Berikut kita akan sedikit sharing : Bagaimana proses minyak mineral menjadi bahan baku oli & grease.

Minyak bumi mentah masih mengandung bermacam-macam senyawa yang sebagaian besar merupakan senyawa dengan ikatan Hidrogen dan Karbon yang lebih dikenal dengan nama HidroKarbon. Senyawa ini memiliki ukuran yang bervariasi dari 1 karbon hingga lebih dari 60 karbon.

Dari minyak mentah tersebut disuling /refinering dipisahkan sesuai dengan struktur dan ukuran molekulnya. Misalnya, bensin, solar,minyak tanah, oli, dll. Khusus minyak pelumas dihasilkan dengan molekul hidrokarbon dengan ukuran kisaran 26-40 karbon. Cukup molekul besar dan berat yang dibutuhkan untuk bekerja sebagai minyak pelumas. Molekul-molekul yang digunakan untuk bahan bakar memiliki lebih sedikit karbon dalam struktur molekul.

Dari minyak pelumas yang dihasilkan tersebut belum final, harus diproses lagi agar menjadi base oil yang bagus. 
Ada dua cara ini bisa dilakukan:
  • Proses pemisahan / Extraction Process : memisahkan produk pelumas yang diinginkan dan produk sampingan yang tidak diinginkan.
  • Proses konversi / Conversion Process : konversi struktur molekul yang tidak diinginkan ke dalam struktur yang diinginkan dengan menggunakan hidrogen, panas dan tekanan.
Extraction Process


  • Deasphalting

Propane deasphalting mengambil residu dari bagian paling bawah yaitu molekul terberat & terbesar) dan memisahkannya menjadi dua produk: tar dan senyawa yang mirip dengan lube distillates / minyak sulingan tapi memiliki titik didih yang lebih tinggi. Bahan ini disebut minyak deasphalted, dan itu akan disempurnakan dengan cara berikutnya.
  • Solvent Extraction

Solvent extraction merupakan istilah yang digunakan untuk menghilangkan sebagian besar aromatik dan konstituen yang tidak diinginkan dari sulingan minyak dengan ekstraksi cair. Pelarut / solvent yang umum digunakan mengandung fenol, furfural dan sulfur dioksida. Proses ini menghasilkan minyak netral dan ekstrak aromatik, yang sangat dibutuhkan sebagai bahan campuran pelumas atau Bahan Bakar.
  • Dewaxing

Dari minyak netral kemudian proses dewaxing yaitu dengan suhu rendah. Proses ini menghasilkan dua produk :
·         Lilin sebagai produk sampingan yang hampir sepenuhnya parafin
·         Minyak Dewaxed yang berisi parafin, naftena dan beberapa aromatik. Minyak Dewaxed ini menjadi bahan dasar untuk pelumas, tapi ada satu proses lagi yang dapat dilakukan untuk membuat produk pelumas yang bagus.
  • Hydrofinishing

Hydrofinishing  mengubah senyawa polar dalam minyak dengan reaksi kimia yang melibatkan hidrogen. Setelah proses ini, akan menghasilkan produk yang berwarna lebih terang dan stabilitas kimia yang bagus. Kualitas akhir dari base oil ditentukan oleh tingginya tingkat suhu dan tekanan dalam proses hydrofinishing. Pada proses inilah yang menghasilkan group 1 dalam base oil.

Conversion Process
Metode proses ini yang paling banyak digunakan dalam industri refining pelumas.


  • Hydrocraking

Dalam proses pemurnian ini, sulingan dikenakan reaksi kimia dengan hidrogen dengan adanya katalis pada suhu tinggi dan tekanan (420 derajat C dan 3.000 psi). Cincin aromatik dan naphthene yang rusak, dibuka dan bergabung menggunakan hidrogen untuk membentuk struktur isoparafin. Reaksi dengan hidrogen juga akan membantu dalam penghilangan air, amonia dan hidrogen sulfida.
  • Hydrodewaxing

Selama hydrodewaxing, seperti hydrocraking unit hidrogenasi digunakan untuk menyebarkan katalis yang khusus untuk menyampaikan lilin /waxy parafin normal menjadi struktur isoparafin lebih diinginkan.
Gambar : Bentuk umum molekul mineral oil
  • Hydrotreating

Karena kedua proses sebelumnya melibatkan ikatan kimia untuk memecah antara dua atom karbon, perlu untuk membentuk kejenuhan setiap molekul tak jenuh. Hal ini mudah dilakukan dengan proses hydrogen yang lebih. Molekul jenuh lebih stabil dan akan mampu melawan proses oksidasi lebih baik daripada molekul tak jenuh.

Dari kedua metode proses ini menghasilkan produk base oil yang berbeda. Conversion Process akan menghasilkan base oil group 2 & 3 dengan warna bening seperti air. Base oil ini yang digunakan oleh Total Oil, Shell, Mobil dan beberapa merk dari Eropa.

Ada sedikit perbedaan dalam karakteristik base oil hasil produksi oleh dua proses ini. Perbedaan utama terletak pada konten aromatik. Conversion process dapat mengurangi kandungan aromatik menjadi sekitar 0,5 persen, sedangkan Extraction process ekstraksi mengurangi kandungan aromatic berkisar 15 sampai 20 persen. Konten aromatik ini memiliki efek sebagai berikut:



Hal tersebut yang menyebabkan Conversion Process akan menghasilkan kualitas produk yang lebih baik. Tetapi biaya minyak penyulingan menggunakan Conversion process lebih tinggi dari Extraction. Biaya yang dikeluarkan inilah yang menyebabkab harga jual pelumas menjadi bervariasi. Harga yang dikeluarkan akan sebanding dengan kualitas yang didapatkan.

Senin, 26 Oktober 2015

Proses penggunaan Molykote Anti Friction Coating


Pada artikel sebelumnya sudah kami bahas tentang manfaat penggunaan Molykote Anti Friction Coating. Kali ini kita akan bahas tentang proses coating serta metode yang digunakan.

Proses Coating 

Untuk memastikan efektivitas saat pengaplikasian dan penggunaan pada aplikasi,maka perlu diperhatikan proses pelapisan yang tepat harus diikuti. Pada permukaan dilakukan pretreatment itu sangat penting.  Tergantung pada material yang akan dilakukan anti friction coating, ini melibatkan degreasing, sandblasting, posfat, anodizing, atau pretreatment permukaan tertentu jika materialnya berbeda.

Setelah bahan bagian pretreatment sudah kering, maka baru bisa dilakukan pengaplikasian Anti Friction Coating. Berbagai metode dapat digunakan untuk menerapkan lapisan anti-gesekan. Aplikasi berikut ini, coating membutuhkan pengeringan dan curing untuk mengikat padatan pelumas untuk bagian. Hal ini dapat bervariasi dari waktu tiga menit dengan pengeringan udara , namun ada juga yang type coating dengan oven curing dengan suhu tertentu.

Pilihan Metode Aplikasi

Coatings Molykote Anti-Friction dapat diterapkan yaitu dengan mencelupkan ( dipping ), putaran atau centrifuging (dip-spinning), roll coating, printing. Faktor yang mempengaruhi metode yang akan digunakan adalah : Ukuran, bentuk, berat dan kuantitas bagian yang dilapisi, ketebalan film dan tingkat licin permukaan.
Metode aplikasi yang berbeda memberikan yang sangat hasil yang sesuai dengan factor yang berpengaruh.

Keuntungan Molykote Coatings Anti-Friction yang banyak digunakan dalam aplikasi untuk meningkatkan:
• Kenyamanan dengan mengurangi kebisingan dan getaran;
• Kinerja pelumasan untuk jangka panjang;
• Keselamatan dengan menjaga bagian tidak dapat diakses bekerja; 
• Kehandalan dalam menahan kondisi operasi yang sulit

Molykote Coatings Anti-Friction secara khusus digunakan untuk keperluan di mana daya tahan maksimum yang dibutuhkan dan untuk aplikasi yang yang sulit dimana pelumas biasa tidak dapat diterapkan. Atau sebagai dasar pada aplikasi yang dilumasi yang menjaga kemungkinan jika pelumas basah ( oli & grease ) sudah tidak mampu melindungi.

Molykote Anti Friction Coating alternative pelumas terbaik


Molykote Coatings Anti-Friction memiliki partikel pelumas padat ( solid lubricant ) yang mengandung partikel berukuran submicron yang tersedia dengan  campuran bahan yang dipilih dengan cermat yaitu resin dan solven.  Bahan dasar utama yang digunakan adalah Molybdenum disulfide( MoS2), Graphite, PTFE ( Teflon ).

Molykote AFC  membentuk sebuah lapisan film yang licin sehingga dapat menjangkau dan menghaluskan kekasaran permukaan material.  Molykote AFC dapat diaplikasikan pada berbagai material yang membentuk  lapisan sehingga sangat optimal pada aplikasi yang memiliki kontak metal- ke- metal, metal-ke-plastik dan kontrol gesekan plastik-to-plastik, bahkan di bawah beban ekstrim dan kondisi kerja sulit sekalipun.

Dengan karakteristik yang demikian berfungsi sebagai pengganti pelumas basah ( oli & grease ) atau sebagai dasar pelumas untuk membantu kinerja pelumas basah jika terjadi kegagalan pelumasan pada oli atau grease. Sehingga aplikasi masih bisa terlindungi.

Keuntungan menggunakan Molykote AFC :

  • Pelumas jangka panjang ( long life lubricant ), tidak terjadi penguapan & oksidasi
  • biaya yang rendah (low cost)
  • Praktis dan dan dapat digunakan pada hampir semua material, terutama metal & plastik
  • Pelumas yang kering dan bersih.
  • Tidak terbakar & tanpa perawatan rutin.
  • memberikan pelumasan unggul dalam kondisi operasi yang keras dan ekstrem lingkungan ( lembab, uap kimia, suhu tinggi, air, debu, dll. )
  • kontrol ketebalan film yang disesuaikan dengan kemampuan load-bearing  pada aplikasi.
·         Pelumasan yang efektif bahkan saat aplikasi tidak digunakan dalam waktu yang lama.

Rabu, 21 Oktober 2015

Pelumasan pada kawat seling / wire rope



Kabel dan kawat seling dilumasi memiliki berbagai alasan dan tujuan yang berbeda. Salah satu alasannya adalah untuk mengurangi gesekan menggosok dari kabel di tali ketika mereka bergerak relatif satu sama lain. Pelumasan pada kawat seling atau wire rope kadang membuat pusing karena terjadi banyak yang terbuang atau tidak efektif. 

Kawat seling ini melilit inti baik kabel atau tali. Tali flexes yang diluar inti ditarik membungkus ke gulungan, dan kawat bergerak dalam jalinan tali. Pergerakan kabel ini menyebabkan gesekan dan dapat menggesek bawah logam. 

Dengan alasan itulah pelumas dibutuhkan untuk mengurangi gesekan antara kabel di dalam susunan kawat seling.  Anda dapat mengurangi panas yang dihasilkan dan sekaligus jumlah keausan yang disebabkan oleh kabel bergesekan satu sama lain, sehingga dapat memperpanjang usia pakai kawat seling

Alasan lain kawat seling dilumasi adalah untuk melindungi mereka terhadap korosi. Karena kawat seling ini dikenakan kontak langsung dengan material penyebab korosi yang bisa melemahkan integritas kawat.

Pelumas yang digunakan bisa dengan grease atau oli, yang memiliki fungsi pelumasan dengan hasil yang berbeda. Pada intinya penggunaannya bisa menembus kawat dan dapat mengurangi gesekan dengan baik. Sangat direkomendasikan grease dengan thickener Aluminum Complex atau Calcium Sulphonate Complex ( misal Total Ceran AD Plus ). Keduanya memiliki daya rekat yang lebih jika dibanding multi purpose grease dengan thickener Calcium atau Lithium.

Jumlah grease atau oli yang diperlukan untuk melumasi tali kawat tergantung pada ukuran kawat, dan frekuensi pelumasan akan tergantung pada faktor-faktor seperti loading, lingkungan operasi, kontaminan, dll.  Metode pengujian untuk pelumas digunakan pada tali kawat adalah sama dengan yang untuk aplikasi lain. Sehingga akan tahu seberapa baik pelumas melindungi terhadap karat dalam lingkungan yang keras. Hal ini merupakan faktor penting dalam memilih pelumas kawat yang berkualitas.

Kamis, 08 Oktober 2015

Kategori kelompok coolant & antifreeze pada sistem radiator

Nama yang tepat

JIka dilihat dari namanya antifreeze /  antibeku dan Coolant / pendingin, mungkin saja seolah-olah akan ditukarkan, karena memang awalnya, antibeku merupakan istilah yang lebih sering digunakan pada awalnya pada industri. Menjaga air di blok mesin dari pembekuan adalah satu-satunya alasan yaitu digunakan bahan air yang mudah beku.

Namun seiring perkembanagn mesin, ada tuntutan untuk perpindahan panas menjadi lebih penting; Oleh karena itu, coolant kata digunakan lebih sering digunakan.

Terakhir  ini, antibeku & coolant pendingin hadir dalam berbagai warna dan masing-masing menandakan tujuan. Hal ini dapat membingungkan bagi pengguna khusus pendingin yang dapat diidentifikasi dengan warna mereka ketika warna tidak standar pada industri.

Selama beberapa tahun terakhir, produsen kendaraan telah memperkenalkan berbagai pendingin/coolant uang memiliki usia pakai yang lebih panjang. Setiap produsen dengan formula tertentu memiliki warna sendiri.

Setiap formula harus memberikan perlindungan korosi, usia pakai yang sesuai dan kompatibilitas dengan bahankimia. Di pasaran terdapat banyak sekali warna coolan :hijau, merah, biru, kuning, bahkan merah muda. Semakin banyak kita melihat keragaman ini, semakin membingungkan membingungkan kita.

Kelompok pendingin / coolant

Ada tiga kelompok utama pendingin/ coolant. Kami tidak akan menggolongkan setiap pendingin berdasarkan merk, tapi pendekatan dari  warna yang ada di pasaran.
Sebagai contoh coolant berwarna kuning mungkin memiliki komposisi yang sangat berbeda. Atau coolant / pendingin berwarna biru mungkin memiliki formula yang sama sebagai pendingin merah.

Group 1
Type ini yang asli berbasis glycol dengan warna hijau, kita biasa menyebutnya anti freeze /  antibeku. Type kelompok ini memiliki bahan silikat dan fosfat inhibitor korosi yang bekerja baik untuk menghambat korosi pada kedua besi dan permukaan dalam radiator.

Cairan ini hijau akrab telah terbukti layak di semua suhu ekstrem dari Amerika Utara. Hampir setiap kendaraan bisa menggunakan cairan ini. Mengapa tidak membuat pendingin type yang universal? Jawabannya sangat mungkin, tetapi inhibitor korosi memiliki usia pakai yang sangat singkat dan antibekunya harus diubah setiap tahun atau setiap 30.000 mil harus diganti. Salah satu kelemahannya,  Jika pengguna tidak rajin melakukan perawatan ini, maka sering terjadi kerusakan pada system radiatornya.

Group 2

Type pendingin /coolant dengan bahan dasar teknologi asam organik (Organic Acid Technology/OAT). Type coolant yang mengandung asam organik 2-etilheksanoat-asam atau 2-EHA dan lainnya, tapi tidak mengandung silikat atau fosfat.

Formula ini memberikan perlindungan usia pakai yang lebih panjang, sehingga bisa menggantikan bahan silikat yang berumur pendek dan fosfat. Banyak warna berada dalam kelompok ini. Misalnya General Motor OAT berbasis DexCool, warnanya oranye. Volkswagen-Audi memiliki formula yang sama, tetapi berwarna pink. Honda memiliki satu pendingin /coolant warna hijau gelap, yang terlihat hampir hitam ketika kotor. 
Inhibitor korosi dalam kelompok ini memiliki usia pakai lebih tahan lama. Lima tahun, atau interval 150.000 mil sering direkomendasikan pada kelompok coolant ini.

Group 3

Type pendingin/coolant OAT hybrid yang disebut G-05. Type ini tidak memiliki 2-EHA tetapi menggunakan asam organik lain dan menambahkan silikat sedikit. Silikat diinginkan karena memberikan perlindungan aktif pada permukaan aluminium dalam system radiator. Silikat juga akan memperbaiki cacat kecil pada permukaan.  Chrysler, Ford, dan banyak produsen Eropa menggunakan ini OAT hybrid.

Jangka waktu penggantian

Dengan banyaknya pendingin/coolant  dan warna yang berbeda di luar sana. Apakah Anda harus mengganti atau Anda kualitas yang lebih tinggi dari pendingin yang lain? Sebuah pendingin yang benar-benar universal mungkin akan sangat membantu. Yaitu memberikan kemampuan baik untuk menggunakan satu pendingin dengan semua manfaat. Namun hal itu sangat sulit.

Menurut pendapat saya, ada satu pendingin yang benar-benar universal adalah yang asli berwarna hijau. Sangat banyak di pasaran. Type ini adalah yang termurah, melindungi dan bahkan perbaikan kelemahan aluminium ringan, dan satu-satunya ketidaknyamanan adalah umur pendek (diimbangi dengan biaya rendah) dengan menguras dan isi ulang dengan waktu yang lebih pendek, 30.000 mil atau sekitar 48.000 Km.
Penggunaan yang  direkomendasikan : campuran 50/50 air : coolant kecuali sistemnya punya kondisi ekstrim atau memiliki masalah korosi dalam sistemnya.

Type 2 dan 3 memiliki usai pakai yang lebih panjang, tapi harganya juga pasti lebih mahal.
Untuk diperhatikan bahwa setiap kelompok coolant memiliki keunggulan tersendiri, namun jangan pernah mencampur dengan type yang berbeda.


Rabu, 07 Oktober 2015

Info Dasar tentang Radiator Coolant


Coolant atau  antifreeze pada radiator bertugas dalam mempertahankan keseimbangan mesin dengan menghilangkan panas. Peran coolant yang lain yaitu melindungi mesin dari pembekuan saat komponen akan mengalami korosi.  

Dalam mesin diesel alat berat total energi yang dihasilkan hanya sepertiga yang bekerja untuk mendorong kendaraan ke depan. Energi yang sepertiga lain dibuang sebagai energi panas oleh sistem pembuangan. Serta sisanya sepertiga dari energi berbentuk panas diambil oleh pendingin.
Panas yang dihapus oleh pendingin memberikan keseimbangan dalam mesin. 

Dengan system pendingin yang baik sangat penting dalam memastikan bahwa mesin beroperasi dengan benar. Jika terjadi overheating dapat menyebabkan kerusakan yang dipercepat oleh oli mesin dan kemudian mesin itu sendiri.

Fungsi air dalam coolant dapat mentransfer panas yang sangat baik,sedangkan glikol digunakan dalam pendingin untuk memberikan perlindungan pembekuan. Penambahan glikol sedikit mengurangi perpindahan panas dari air, tetapi dalam banyak iklim dan aplikasi, membekukan perlindungan sangat penting.

Hampir semua mesin menggunakan pendingin dengan cairan dasar yang sama: campuran 50/50 ethylene glycol dan air. Dalam beberapa keadaan, mesin industri dapat memanfaatkan cairan dasar lainnya, seperti air additized atau campuran propilen glikol dan air.
Selain cairan dasar, ada sejumlah kecil bahan-bahan lain termasuk inhibitor korosi, antifoams, pewarna dan aditif lainnya. Sementara bahan-bahan lainnya membuat hanya sebagian kecil dari keseluruhan pendingin, inilah yang membedakan coolant satu dengan yang lain.

Secara historis di Amerika Utara, pendingin konvensional berwarna hijau. Saat ini, coolant yang berwarna hijau biasanya menggunakan fosfat / campuran silikat sebagai komponen utama dalam sistem inhibitor /peredam panas.

Inhibitor konvensional seperti silikat dan fosfat bekerja dengan membentuk lapisan pelindung yang benar-benar membalut logam dari pendingin. Inhibitor ini memiliki ciri bahan kimia oksida anorganik (silikat, fosfat, borat, dll). Karena sistem inhibitor ini habis dengan membentuk lapisan pelindung, pendingin hijau konvensional memiliki interval usia pakai dua tahunan rutin, biasanya akan diganti setiap dua tahun.

Beragam teknologi telah dikembangkan untuk melindungi mesin dari korosi. Diantaranya yaitu menghilangkan bahan fosfat dalam coolant yang berlaku di Eropa. Karena efek pengendapan yang tidak baik pada system pendingin.

Untuk mengganti fosfat, system pendingin di Eropa. Coolant konvensional berisi campuran oksida anorganik seperti silikat dan inhibitor disebut karboksilat. Karboksilat memberikan perlindungan korosi oleh kimia berinteraksi di situs korosi logam, bukan dengan membentuk lapisan inhibitor yang mencakup total permukaan.
Campuran karboksilat dan silikat juga disebut sebuah teknologi hybrid karena merupakan campuran dari teknologi anorganik konvensional dan teknologi sepenuhnya karboksilat atau organik. Pendingin Eropa ada dalam berbagai warna; biasanya masing-masing produsen membutuhkan warna yang berbeda.

Original Water Pump from
Caterpillar Engine with More Than 750,000
Miles Using Extended-Life Coolant (ELC).

Di Asia, ada masalah dengan seal pada pompa air dan perpindahan panas yang buruk, sehingga menyebabkan larangan coolant yang mengandung silikat. Untuk memberikan perlindungan, kebanyakan pendingin berisi campuran karboksilat dan inhibitor anorganik seperti fosfat.
Pendingin ini juga dapat dianggap hibrida, tetapi mereka berbeda dari hibrida Eropa karena kurangnya silikat. Pendingin dari Asia OEM dapat berbagai warna termasuk merah, oranye dan hijau.

Pendingin berbasis karboksilat kemudian dikembangkan agar bisa diterima secara global dan memberikan kinerja yang unggul atas teknologi yang ada. Teknologi ini juga dikenal sebagai teknologi aditif organik (Organic Additive Technology / OAT). Salah satunya adalah Total WT Supra yang dikembangkan oleh Total Oil yang berwarna bening / colourless dan biru.
Pendingin karboksilat penuh tidak silikat, mereka harus memnuhi persyaratan ketat dari spesifikasi Asia. Namun pendingin ini juga memenuhi persyaratan pendingin di Eropa yang tidak mengandung fosfat.

Pendingin ini telah mengembangkan popularitas internasional karena memiliki perlindungan korosi yang sangat baik untuk interval waktu diperpanjang.
Perlu dicatat bahwa beberapa orang menyebut coolant  ini sebagai "teknologi aditif organik" (OAT) karena inhibitor yang memberikan perlindungan korosi yang berasal dari asam karboksilat. Namun pada kenyataannya, perlindungan yang diberikan oleh asam karboksilat dinetralkan disebut karboksilat.

 Perbedaan ini penting karena semua pendingin beroperasi pada kisaran pH netral atau dasar (pH sama dengan atau lebih besar dari 7). Seperti Total WT Supra pada formula konsentrat memiliki PH 9,4 yang berarti bersifat basa. Dan pada formula diluted 10 % memiliki PH 8,44 dan yang diluted 5% memiliki PH 8,1. Karena sifatnya basa jadi bisa menetralkan sifat asam yang dihasilkan dari korosi efek operasional mesin.

Bahkan, sebagian besar pendingin yang lain dibuat dimulai dengan prekursor asam, misalnya, pendingin konvensional berdasarkan fosfat memulai dipakai sebagai asam fosfat.
Inhibitor karboksilat memberikan perlindungan korosi oleh kimia yang berinteraksi dengan permukaan logam.  Tidak seperti pendingin konvensional dan hybrid yang memberikan lapisan yang mungkin berdampak penyumbatan.

 Implikasi dari perbedaan fungsional ini sangat besar antara lain:
  • siklus usia pakai yang lebih panjang,
  • perlindungan hightemperature aluminium yang sangat baik,
  • perpindahan panas yang maksimal pada permukaan mesin panas dan tabung radiator dimana perpindahan panas sangat penting untuk kinerja yang optimal.

 Highquality pendingin berbasis karboksilat telah menunjukkan kinerja lebih dari 32.000 jam dalam aplikasi mesin stasioner tanpa berubah. Salah satu ukuran kinerja usia pakai yang  lebih panjang. Hal ini terbukti pada hasil akhir tes armada, pendingin yang digunakan dapat meredam panas dari mesin dengan hasil yang memuaskan.

Source : http://www.machinerylubrication.com/Read/841/coolant-fundamentals

Empat Zat Kontaminan Yang Merusak Fatal Pada Oli Mesin


Beberapa kontaminan yang larut dalam dalam oli mesin harus diperhatikan karena zat tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas oli mesin secara dini atau belum waktunya ganti, Maka hal ini bisa menyebabkan kerusakan mesin.

Berikut ini beberapa zat yang dapat menyebabkan kerusakan oli mesin yang berdampak dan bahkan bisa merusak mesin. Apalagi jika beberapa zat tersebut berkombinasi dalam oli mesin.

1. Glycol

Zat Glicol ini memasuki oli mesin diesel bermotor biasanya terjadi karena kerusakan seal, kepala gasket ditiup, retak kepala silinder, kerusakan akibat korosi dan kavitasi / ruang kosong dalam mesin.
Glycol dalam oli mesin diesel dapat mengentalkan jelaga dan menyebabkan pembatasan aliran oli dan penyumbatan filter. Kontaminasi glikol dapat menyebabkan tingkat keausan 10 kali lebih besar dari kontaminasi air saja.

2. Pengenceran bahan bakar

Menyalakan mesin yang sudah kelamaan mati atau menjalankan mesin ketika masih dingin dapat menyebabkan masalah pengenceran bahan bakar walaupun tingkat kecil.
Pengenceran berat (lebih dari dua persen) dikaitkan dengan kebocoran, masalah injektor bahan bakar dan gangguan efisiensi pembakaran. Ini adalah gejala dari kondisi serius yang tidak dapat dikoreksi dengan mengganti oli. Menurut salah satu referensi, 0,36 persen dari total konsumsi bahan bakar berakhir di bak mesin.

3.Jelaga

Jelaga adalah produk sampingan dari pembakaran dan ada di semua mesin yang telah dioperasikan. Adanya jelaga adalah wajar, maka diharuskan kita mengganti oli mesin jika konsentrasinya sudah mulai tinggi.
Timbulnya jelaga tinggi yang sebenarnya tidak wajar, biasanya disebabkan proses pembakaran yang tidak sempurna, filter udara yang sudah tidak bagus.

4. Air

Air adalah salah satu kontaminan yang paling merusak di hampir semua pelumas. Air merusak aditif, menginduksi oksidasi minyak dasar / base oil dan mengganggu terbentuknya lapisan film minyak sebagai pelindung mesin.
Kondensasi yang terbentuk dalam ruang mesin saat dioperasikan dapat menyebabkan bibit air sehingga bisa merusak kualitas oli mesin dan korosi pada bagian mesin.

Suorce : http://www.machinerylubrication.com/Read/1033/diesel-engine-oil-contaminants

Selasa, 06 Oktober 2015

Sejarah awalnya pelumas food grade


Pada artikel sebelumnya kita sudah bahas tentang definisi & kategori pelumas foodgrade. Untuk tulisan kali ini saya akan bahas tentang awalnya pelumas foodgrade ada dan badan sertifikasi apa saja yang terlibat.

Sejarah singkat terbentuknya regulasi pelumas foodgrade :

Di Amerika Serikat, badan yang mengawasi industri pengolahan makanan adalah :

  • US Department of Agriculture ( USDA)
  • US Food & Drug Administration ( FDA )
Sebelum tahun 1998, USDA bertanggung jawab pada persetujuan & kepatuhan pelumas food grade. Serta mengawasi formulasi pemeliharaan / maintenance dan operasi pada bahan kimia di industri makanan.
Untuk mendapatkan persetujuan USDA, produsen pelumas wajib membuktikan bahwa semua bahan dalam formulasinya merupakan zat yang diperbolehkan pada pedoman Security Code Of Federal Regulations ( CFR ) title 21 no. 178.3570.  Ini tidak termasuk pengujian pelumas. Dan bukan, persetujuan didasarkan terutama pada review formula bahan pembuatan pelumas.

Bulan Februari 1998, USDA merubah programnya yang mengatur syarat pada produsen industri makanan untuk menilai risiko pada setiap titik dalam operasi di mana kontaminasi mungkin terjadi. Pada intinya, produsen industri makanan harus bertanggung jawab untuk meninjau dan menyetujui komposisi kimia pelumas untuk memutuskan apakah mereka aman menggunakan pelumas food grade yang digunakan.
Menanggapi kebutuhan industri tersebut kemudian muncul kelompok pihak ketiga untuk mengelola kebutuhan sertifikasi pada pelumas food grade.

Saat ini, di Amerika Serikat maupun di negara-negara lain, National Sanitation Foundation (NSF) mengelola program evaluasi pelumas food grade yang pada dasarnya mencerminkan rencana USDA. Setiap komponen dalam formulasi disampaikan kepada NSF oleh produsen pelumas bersama dengan dokumen pendukung lainnya. 
Dengan data dari produsen pelumas foodgradeIni kemudian diulas untuk diverifikasi, apakah sudah sesuia dalam daftar FDA dan zat yang terkandung di dalamnya diizinkan sebagai pelumas food grade.

dalam website NSF (www.nsf.org) menyediakan daftra produsen pengolahan makanan dan daftar  pelumas foodgrade yang telah disetujui dan akan selalu di update pada www.nsfwhitebook.org.

NSF bukan satu-satunya organisasi yang bekerja pada persetujuan foodgrade ini. Sebuah upaya bersama oleh tiga asosiasi industri profesional yang diakui :
  • National Lubricating Grease Institute (NLGI), 
  • European Lubricating Grease Institute (ELGI) 
  • European Hygienic Equipment Design Group  (EHEDG) 
mengembangkan Kelompok Kerja Bersama Pelumas Food Grade . Kelompok ini telah aktif dalam penyusunan program otorisasi untuk pelumas food grade dan dikembangkan DIN V 0010517, 2000-08 (Food-Grade Pelumas - Definisi dan Persyaratan). Ada rencana untuk menggunakan standar DIN untuk mengembangkan standar ISO (International Organization Standar) .
Tantangan yang dihadapai oleh Food-Grade Pelumas
Industri pengolahan makanan menimbulkan tantangan pelumasan yang unik. Pengolahan makanan skala besar membutuhkan mesin seperti pompa, mixer, tank, selang dan pipa, rantai drive, dan ban berjalan. Mesin yang digunakan di fasilitas pengolahan makanan menghadapi banyak tantangan tribological dan pelumasan yang sama ditemukan di pabrik pengolahan non-food lainnya. 

Pelumas food grade harus menawarkan perlindungan yang sama dari permukaan internal untuk mengontrol gesekan, keausan, korosi, panas dan kerak. Pelumas foodgrade juga harus menawarkan pumpability baik, stabilitas oksidasi, stabilitas hidrolitik dan stabilitas termal dimana aplikasi membutuhkan. Selain itu, aplikasi tertentu dalam fasilitas industri makanan dan obat menuntut sebuah pelumas tahan degradasi dan kinerja tidak terganggu ketika kontak langsung dengan produk makanan, bahan kimia proses tertentu, air (termasuk uap) dan bakteri.

Sayangnya, banyak dari bahan baku yang digunakan untuk formula pelumas yang efektif mengatasi tantangan ini dalam aplikasi industri konvensional, namun formula tersebut tidak diperbolehkan dalam aplikasi makanan untuk alasan keamanan.

Awalnya pelumas type foodgrade ini dibuat karena ada beberapa kasus yang melibatkan kontaminasi pelumas pada makanan, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut ;

  1. Tahun 1996, Jennie-O Foods telah menarik kembali produk makanan sosis hampir 4.740 pound ( 1 pound = 0,45 Kg ), karena kontaminasi dengan grease.
  2. Tahun 1998, Smithfield Foods menarik kembali produk smoked boneless ham hampir 490.000 pound, karena kontaminasi pelumas pada gear ( roda gigi ).
  3. Tahun 2000, para Relawan di inggris telah menarik produk daging olahan sebanyak 86.000 pound dari toko daging.
  4. Tanggal 1 September 2000, Dewan Kota di Inggris mengkonfirmasi tentang kontaminasi pelumas mineral pada kaleng makanan bayi, karena pembuatannya yang masih konvensional.
  5. Bulan November 2002, Penarikan kembali minuman dalam botol yang dikonfimasi oleh Food Standards Australia, tercemar dengan pelumas mineral yang dapat menyebabkan iritasi jika dikonsumsi.
  6. Tahun 2002, produsen susu bubuk di Denmark. Produksinya jan - juni 2002 sebanyak 1.100 ton susu bubuk terkontaminasi pelumas gearbox yang mengandung partikel besi halus. Pelumas tersebut berasal dari gearbox yang bocor dan merembes ke produksi susu bubuknya.
( Reffrence : 
1. Tocci, Lisa, “Brouhaha in Food-grade Lubes”. Lubes N’ Greases, July 2004.

2. Judge, Diana, Shell Lubricants, “Switching to Food-grade Lubricants Provides Safety Solution”. Machinery Lubrication magazine. 2005. )

Dari kasus di atas kita harus lebih berhati-hati dalam melakukan produksi maupun pemilihan pelumas pada industri makanan.

Source : http://www.machinerylubrication.com/Read/1857/food-grade-lubricants-basics

Definisi & kategori Pelumas Food grade


Pelumas food grade merupakan pelumas ( oli & grease ) yang dapat diguankan dalam industri pengolahan makanan seperti pengolahan daging, unggas dan peralatan pengolahan makanan lainnya termasuk industri kemasan makanan & minuman.

Jenis pelumas dalam aplikasi food grade dibagi menjadi kategori berdasarkan penggunaan pada industri makanan yang menggunakannya. USDA ( US Department Of Agriculture ) menciptakan kategori dengan istilah: H1, H2 dan H3. 
Persetujuan dan pendaftaran pelumas baru ke salah satu kategori ini tergantung pada bahan yang digunakan dalam formulasi. 
Tiga sebutan dijelaskan sebagai berikut: 

  1.  H1 adalah pelumas food grade digunakan dalam lingkungan pengolahan makanan mana ada beberapa kemungkinan kontak makanan insidental. Pelumas formulasi hanya dapat terdiri dari satu atau lebih disetujui basestocks/base-oil, aditif dan pengental (jika grease) yang tercantum dalam 21 CFR 178.3750.
  2. H2 merupakan pelumas digunakan pada peralatan dan mesin bagian di lokasi di mana tidak ada kemungkinan pelumas kontak langsung pada permukaan makanan. Karena tidak ada risiko berhubungan langsungpada makanan, kategori pelumas H2 tidak memiliki daftar yang didefinisikan khusus bahan penyusunnya. Tapi bagaimanapun juga, pelumas tetap tidak boleh mengandung logam berat seperti sengaja antimon, arsenik, kadmium, timah, merkuri atau selenium. Juga, bahan-bahan lain tidak boleh ada zat yang bersifat karsinogen, mutagen, teratogen atau mineral acids.
  3. H3 pelumas, juga dikenal sebagai minyak larut atau dimakan, digunakan untuk membersihkan dan mencegah karat pada kait, troli dan peralatan yang sejenis.

Approval Lubricant
Seperti disebutkan sebelumnya, persetujuan USDA didasarkan pada berbagai Kode FDA ( Food & Drug Administration ) di Judul 21 yang menentukan persetujuan untuk bahan yang digunakan dalam pelumas yang mungkin memiliki insidental kontak dengan makanan. Dalam hal ini dicantumkan petunjuk keamanan dalam CFR ( Code Of Federal Regulation ).
Ini disebutkan dalam bagian berikut:

1.CFR 178.3570 - Diizinkan bahan untuk pembuatan pelumas H1

21.CFR 178.3620 - minyak mineral Putih/ Mineral white oil sebagai komponen artikel non-food dimaksudkan untuk digunakan dalam kontak dengan makanan

21.CFR 172,878 - minyak mineral USP untuk kontak langsung dengan makanan

21 CFR 172,882 - hidrokarbon isoparaffinic Sintetis


21.CFR 182 - Zat umumnya diakui sebagai zat yang aman

Kamis, 01 Oktober 2015

Pengaruh peningkatan temperatur terhadap pelumas


Karakteristik utama secara fisik, pelumas yang berpengaruh terhadap perubahan suhu meliputi : 
  • viskositas & viskositas indeks, 
  • titik tuang / pour point 
  • base oil 


Viskositas / tingkat kekentalan

Viskositas minyak merupakan hal  penting untuk pertimbangan yang paling penting ketika memilih pelumas. Viskositas minyak adalah kemampuannya untuk mengalir atau resistensi internal untuk mengalir.

Gambaran mudahnya : pelumas membentuk film minyak antara bearing dan poros, beberapa molekul minyak akan tertarik ke permukaan poros, sementara molekul minyak lainnya tertarik ke permukaan bearing. Ini disebut laju geser potensial dan secara langsung dipengaruhi oleh viskositas dan operasi suhu minyak itu.
Sebuah pelumas dengan type multi-grade dengan viskositas rendah (lebih tipis terbentuknya film minyak) umumnya akan memiliki laju geser potensial yang lebih tinggi, sementara minyak viskositas tunggal atau mono grade umumnya akan memiliki laju geser potensial yang lebih rendah.

Selama pelumas dengan viskositas rendah dan laju geser potensi tinggi akan mampu membentuk sebuah film minyak yang cukup, hal ini sangat jelas bahwa sebuah apalikasi yang dioperasikan akan mengalami kenaikan suhu. Dengan naiknya suhu semakin turun nilai viskositas – semakin encer pelumas yang menyebabkan semakin tipis film minyak yang terbentuk. Hal ini dapat dimungkinkan juga film minyak tidak mampu menahan beban dan terjadi kontak logam-ke-logam, jika viskositas minyak dari awal memang sudah terlalu rendah.

Jika viskositas minyak terlalu tinggi – terlalu kental dengan laju geser potensi rendah, menyebabkan hambatan internal saat minyak mengalir dan akan meningkatkan suhu secara drastis. Dengan kondisi yang demikian akan menyebabkan kondisi terlalu panas, yang juga dapat menyebabkan kerusakan pada film minyak dan dapat menyebabkan oksidasi minyak. Oleh karena itu, sangat penting bahwa pelumas yang  akan dipilih harus mampu melindungi pada rentang suhu operasi peralatan.

Istilah yang paling umum yang menggambarkan viskositas adalah viskositas kinematik, yang diukur dalam centistokes (cSt) pada 40 C dan 100 C. Spesifikasi ini biasanya tercantum pada lembar data pelumas yang dikeluarkan oleh perusahaan pelumas.

Pour Point / Titik Tuang

Pour Point/ titik tuang minyak didefinisikan sebagai suhu terendah di mana pelumas akan mengalir. Hal ini sering salah diartikan dan digunakan sebagai kriteria seleksi viskositas minyak.

Sebagai contoh, pelumas memiliki titik tuang minus 30 derajat C. Kebanyakan orang berasumsi bahwa ini berarti bahwa minyak akan mengalir ke bearing peralatan bahkan ketika suhu lingkungan di minus 30 derajat C. Ini adalah kekeliruan .
Jika minyak ini dengan titik tuang minus 30 derajat C dan beroperasi di suhu sekitar minus 30 derajat C, akan memaksa pompa minyak bekerja extra dalam mengocok minyak yang menyebabkan peningkatan suhu minyak. Hal ini pada gilirannya memungkinkan viskositas minyak untuk tipis cukup sehingga perlahan-lahan mulai mengalir melalui saluran minyak untuk komponen dilumasi.

Sering, proses ini memakan waktu 5 sampai 10 menit atau lebih , istilah kita dipanaskan terlebih dahulu. Justru teknologi pelumas sekarang sudah tidak perlu dipanaskan selama itu, karena efesiensi energi dari bahan bakar. 
Jika memakai pelumas yang titik tuangnya terlalu rendah dari yang direkomendasikan oleh mesin, dan kita memanaskan aplikasi sebentar terus dioperasikan, sementara pelumas belum mengalir sempurna akan terjadi kerusakan parah dapat terjadi pada berbagai komponen, karena minyak ini sebenarnya terlalu tebal mengalir. Jangan pilih pelumas berdasarkan titik tuangkan saja.

Viscosity Index

Viscosity Index (VI) dari minyak adalah istilah yang digunakan untuk mengambarkan tingkat resistensi - ketahanan terhadap perubahan viskositas yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. 
Pelumas yang filmnya menipis (berkurang viskositas) secara signifikan dengan meningkatnya suhu, inilah yang  dikatakan memiliki VI rendah. Minyak yang viskositas tidak berubah secara signifikan akibat kenaikan suhu, inilah yang dikatakan memiliki VI tinggi.

Hubungan antara  suhu dengan viskositas ini adalah pertimbangan yang paling penting ketika memilih minyak yang akan dioperasikan pada peralatan yang mengalami perubahan suhu.Viskositas Indeks ini  sangat penting diperhatikan jika digunakan pada aplikasi yang dioperasikan dari dingin.

Base Oil

Base Oil / minyak dasar juga harus dipertimbangkan ketika memilih pelumas. Seperti pada tulisan sebelumnya tentang base oil. Berbagai type group minyak baik yang mineral dan sintetis dipilih sesuai dengan aplikasi sistem peralatannya. 
Minyak berbasis mineral /Non-sintetis memiliki berbagai basis tergantung pada struktur molekul dan kimia mereka. Minyak dasar dapat parafin, naftenat atau aromatik, dan proses seleksi harus memperhitungkan jenis base oil.

Misalnya, minyak dasar naftenat memiliki VI alami yang rendah dan dapat dipilih untuk peralatan di mana suhu ekstrim tidak mempengaruhi operasi. Di sisi lain, minyak dasar parafin memiliki alam VI yang jauh lebih tinggi daripada jenis naftenat, membuat type pelumas ini digunakan dalam aplikasi luar ruangan. Saat ini type pelumas paraffin yang lebih banyak dikembangkan.