Ketika oli hidrolik berubah warna dari bening menjadi coklat tua, mungkin
kita akan timbul beberapa pertanyaan :
·
Apakah ini berarti kita harus segera mengganti oli hidrolik ini?
·
Apakah oli hidrolik sudah kehilangan daya lumasnya?
·
Apakah oli telah terkontaminasi dalam operasionalnya?
·
Apakah ini kondisi normal pemakaian yang bisa diukur dengan hasil
lub oil analisys yang bisa dikategorikan wajar?
Beberapa pertanyaan di atas mungkin perlu didiskusikan. Banyak orang
membandingkan oli hydraulic industry dengan oli hydraulic yang digunakan pada
alat berat yang bergerak, sehingga diasumsikan jika oli sudah berubah warna
menjadi coklat tua, maka harus segera diganti tanpa mempertimbangkan seberapa
lama sudah digunakan.
Ini mudah saja untuk dihiraukan bahwa oli di system hidrolic dalam
industri memiliki perbedaan lingkungan pada internal combustion engine (
pembakaran internal mesin ). Perubahan warna dalam oli hidrolik merupakan tanda
yang baik sebagai peringatan. Namun perlu harus kita tahu mengapa oli hidrolik berubah
warna.
Ada dua hal umum yang menyebabkab oli berubah warna gelap yaitu
tekanan temperature dan oksidasi, keduanya memang perlu adanya pergantian oli.
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mengambil sample untuk dilakukan lab
analisis. Sebenarnya walaupun oli hidrolik telah berubah gelap tapi masih bagus
digunakan, tapi ada juga yang warnanya masih bening namun sudah tidak memiliki
daya lumas dan tidak bisa melindungi system hidrolik. Jadi sebenarnya kita
tidak bisa hanya melihat secara warna saja untuk mempertimbangkan oli masih
layak atau tidaknya.
Bagaimanapun juga, warna mulai gelap pada oli merupakan tanda
beberapa hal potensi masalah dalam system hidrolik. Mungkin dalam system ada satu
atau beberapa titik panas / hot spot
yang membuat oli meningkat panas secara signifikan di area tertentu, dan akan
turun lagi suhunya ketika masuk reservoir ( penampungan oli ).
Ada satu case yang bermasalah pada kegagalan valve ( katup ) yang
menyebabkan oli masuk celah sehingga terjadi penurunan tekanan yang signifikan.
Ini menyebabkan sejumlah titik panas. Walaupun hal kecil begini, namun bisa
menyebabkan oksidasi & temperature naik yang merupakan penyebab oli hirolik
berubah warna.
Ketika sample diuji, dan jika menunjukkan jumlah asam ( acid
number ) dan viscosity ( tingkat kekentalan ) tidak berubah atau masih dalam
tahap toleransi. Maka hal ini menghilangkan kemungkinan terjadinya oksidasi dan
temperature tinggi yang berakibat perubahan warna oli hidrolik. Langkah
berikutnya perlu diperiksa valve dengan memperhatikan varnish atau kerak akibat
terjadinya panas. Dan mengganti valve jika ada yang bermasalah. Oil analysis
tadi menunjukkan bahwa oli masih bisa digunakan. Sebenarnya selama tidak ada
perubahan dalam operasional system kemungkinan sangat kecil berubah warna,
namun perlu juga diperhatikan valve & seal pada systemnya.
Ketika oksidasi, terjadi reaksi bergabungnya oli dan oksigen, ini
lah yang membuat stabilitas oli berkurang, menyebabkan perubahan warna sebagai
indikasi tidak bagus tingkat oksidasinya. Didalam oli hidrolik sebenarnya ada
additive antioksidan yang berfungsi untuk menghambat terjadinya reaksi yang
merusak stabilitas oli.
Antioksidan akan bereaksi untuk melindungi kualitas oli dengan
merubah warnanya dari kunig terang sampai hitam gelap tergantung tingkat
oksidasinya. Ada sejumlah factor termasuk formulasi oli, kondisi operasional
dan kontaminan ( bahan yang mengkontaminasi ) yang menyebabkan warna oli berubah
walaupun tidak terjadi penurunan kualitas oli. Walaupun perubahan warna oli
merupakan tanda, namun oli masih memiliki antioksidan yang baik sampai batas
tertentu yang memang sudah sebenarnya harus diganti.
Sekali lagi, cara yang tepat melihat tingkat oksidasi adalah
dengan oil analysis yang menunjukkan peningkatan viscositas & jumlah asam (
acid number ) sebagai tanda oli teroksidasi.
Adanya metal catalyst particle, panas /heat, oksigen dan air
memiliki kantirbusi dalam oksidasi oli. Dampaknya adalah meningkatnya jumlah
asam dan korosi pada komponen atau sejenisnya. Dampak lain meningkatnya
viscositas yang berasal dari kontaminan yang bercampur dalam oli. Ini akan
meninggalkan lumpur, kerak atau tar yang tipis yang tidak larut dan membuat
lapisan dipermukaan internal system. Proses degradasi dipercepat dengan
komponen tadi.
Oksidasi bisa dijaga dengan maintenance yang baik. Tingkat reaksi
kimia dalam oli termasuk oksidasi akan berlipat ganda setiap kenaikan suhu 10 C.
Untuk hampir semua hidrolik yang berbahan dasar mineral oil, direkomendasikan
pada suhu 60 C dan setiap kenaikan 5 C usia pakai akan berkurang setengahnya.
System pressure / tekanan akan berdampak yang berbeda. Semakin meningkat
tekanan akan berdampak pada viscositas yang menyebabkan gesekan dan panas. Juga
meningkatnya tekanan bisa memasukkan angin termasuk oksigen. Dengan penambahan
oksigen akan meningkatkan reaksi oksidasi dalam oli. Jadi sangat direkomendasikan
menjaga tingkat tekanan yang dianjurkan oleh pabrikan pembuat system hidrolik agar
usia pakai oli dan komponen terjaga.
Kontaminan lainnya ada juga yang menyebabkan dampak oksidasi. 1
persen lumpur / sludge dalam oli hidrolik akan membuat ganda tingkat oksidasi
oli jika dibandingkan dengan oli yang tanpa lumpur/sludge. Kandungan metal
terutama copper / tembaga merupakan katalis / bahan yang mempercepat oksidasi.
Sedangkan penyebab yang lain adalah air. Kehadiran air dan tembaga akan muncul
saat panas muncul.
Ketika kita menenukan oli hidrolik berubah warna , jangan
diasumsikan harus segera diganti. Hal ini sangat mungkin terjadi, jadi perlu
diperhatikan komponen atau oli sisa saat pergantian dengan oli baru. Maka perlu
dilakukan oil analysis agar diketahui penyebabnya. Selanjutnya memeriksa pusat reservoir
( tampungan oli ).
Lakukanlah pengujian oli pada periode waktu tertentu dengan lokasi
pengambilan sampel yang bervariasi sehingga mendapatkan hasil perawatan yang
maksimal.