Selasa, 09 Desember 2025

Pressure vs. Flow: Memahami Fisika Dasar di Balik Sistem Hidrolik

Tekanan vs. Aliran: Mengapa Anda Mungkin Salah Saat Mengganti Pompa Hidrolik

Dalam dunia perawatan mesin industri dan sistem hidrolik, ada perbedaan mencolok antara seorang "pengganti suku cadang" (parts changer) dan seorang "pemecah masalah" (troubleshooter) sejati. Perbedaan kualtias ini sering kali bermuara pada pemahaman terhadap satu konsep fisika dasar yang sering disalahartikan: perbedaan antara Tekanan (Pressure) dan Aliran (Flow).

Sebagai teknisi atau engineer, seberapa sering Anda mendengar keluhan, "Pompa ini sudah tidak mengeluarkan tekanan"? Pernyataan ini sebenarnya menyiratkan kesalahpahaman yang fatal. Banyak yang beranggapan bahwa tugas pompa adalah menciptakan tekanan. Akibatnya, ketika tekanan sistem turun, jari telunjuk langsung mengarah ke pompa, dan keputusan mahal untuk mengganti pompa pun diambil.

Namun, faktanya tidak demikian.

Pompa Menghasilkan Aliran, Bukan Tekanan Hukum utama yang harus dipahami adalah: Pompa hidrolik tidak memompa tekanan. Fungsi tunggal pompa adalah menghasilkan aliran atau debit cairan (flow). Pompa mengambil oli dari tangki dan memindahkannya ke dalam sistem. Aliran ini bersifat konstan (pada fixed displacement pump), tidak peduli seberapa besar atau kecil tekanannya.

Tekanan Adalah Akibat dari Hambatan Jika pompa hanya menghasilkan aliran, lantas dari mana datangnya tekanan? Tekanan adalah hasil dari hambatan (resistance) terhadap aliran.

Bayangkan sebuah sistem di mana pompa dinyalakan dan oli mengalir melalui selang yang ujungnya terbuka lebar kembali ke tangki. Dalam skenario ini, meskipun pompa bekerja memindahkan oli (aliran ada), jarum pada pressure gauge Anda akan menunjukkan angka 0 PSI. Mengapa? Karena tidak ada hambatan. Oli bebas mengalir keluar.

Tekanan baru akan tercipta ketika Anda menutup keran, memberi beban pada silinder, atau menyumbat aliran tersebut. Semakin besar hambatan yang menahan laju aliran, semakin tinggi tekanan yang terbina.

Berhenti Menyalahkan Pompa Terlebih Dahulu Kesalahpahaman "Pompa = Tekanan" ini menyebabkan kerugian besar dalam biaya perawatan. Ketika tekanan sistem rendah, banyak teknisi langsung mengganti pompa, mengira pompa tersebut sudah "lemah". Seringkali, setelah pompa baru yang mahal dipasang, masalah tekanan rendah tetap ada.

Mengapa? Karena masalahnya bukan pada penghasil aliran (pompa), melainkan pada hilangnya hambatan dalam sistem. Bisa jadi ada relief valve yang macet dalam posisi terbuka, kebocoran internal (internal leak) pada silinder, atau katup yang rusak yang membiarkan oli kembali ke tangki tanpa melakukan kerja.

Kesimpulan Untuk menjadi troubleshooter yang andal, ubah pola pikir Anda. Jangan melihat tekanan sebagai sesuatu yang diproduksi oleh pompa, tetapi lihatlah sebagai indikator seberapa besar hambatan yang dihadapi sistem. Jadikan penggantian pompa sebagai opsi terakhir dalam diagnosa masalah tekanan, bukan yang pertama.

Dengan memahami prinsip "Aliran membuat gerakan, Hambatan membuat tekanan", Anda bisa mendiagnosa kerusakan dengan akurat, menghemat anggaran perusahaan, dan membuktikan kompetensi teknis Anda

source : https://www.machinerylubrication.com/Read/31541/pressure-vs-flow

Rabu, 03 Desember 2025

Daftar equivalen SAE dengan ISO dalam satuan interasional untuk pelumas.


Diagram di bawah ini merupakan indikasi viscositas minimum dan maximum dalam satuan centistokes untuk equivalent ISO-VG grades pada temperature 40oC. Dari data viscositas inilah dibuat tetapan standard baku sebuah pelumas. Salah satunya tetapan SAE pada oli mesin
Berikut daftar equivalent SAE dan ISO VG :


  • tC = 5/9(tF - 32)
  • tF = 9/5 tC + 32
  • 1 reyns (lb s/in2) = 6896.55 (Pa s)



Selasa, 02 Desember 2025

Memahami Viskositas yang cocok untuk Gear Oil

Memahami Viskositas Oli Gear: Penentu Hidup dan Matinya Mesin Anda

Dalam dunia pelumasan industri dan otomotif, seringkali kita mendengar istilah "viskositas". Namun, seberapa pentingkah properti ini sebenarnya? Jawabannya: Sangat penting. Jika Anda harus memilih satu saja karakteristik pelumas untuk diperhatikan, viskositas adalah rajanya.

Mengapa viskositas begitu krusial? Secara sederhana, viskositas adalah ukuran resistensi fluida terhadap aliran (kekentalan). Dalam konteks gearbox atau kotak gigi, viskositas menentukan seberapa tebal lapisan film pelumas yang terbentuk di antara gigi-gigi logam yang saling beradu. Lapisan film inilah yang mencegah kontak metal-to-metal. Tanpa ketebalan film yang tepat, kerusakan katastropik hanyalah masalah waktu.

Bahaya Salah Pilih: Terlalu Kental vs. Terlalu Encer

Banyak orang beranggapan bahwa "lebih kental lebih baik". Ini adalah mitos yang berbahaya. Memilih oli yang terlalu kental (viskositas tinggi) akan menyebabkan masalah serius:

  1. Panas Berlebih: Oli yang terlalu tebal menghasilkan gesekan internal fluida yang tinggi, meningkatkan suhu operasi.

  2. Konsumsi Energi: Mesin harus bekerja lebih keras untuk memutar gigi di dalam lumpur oli yang tebal, menyebabkan boros energi dan penurunan efisiensi.

  3. Aliran Buruk: Oli mungkin gagal mengalir cepat ke celah-celah sempit, menyebabkan komponen tertentu "kelaparan" pelumas.

Sebaliknya, jika viskositas terlalu rendah (terlalu encer), film pelumas tidak akan cukup kuat untuk menahan beban. Akibatnya, permukaan logam akan bersentuhan langsung, menyebabkan keausan dini (scuffing) dan kerusakan permukaan gigi yang permanen.

Tiga Faktor Penentu Viskositas

Lalu, bagaimana cara menentukan viskositas yang tepat? Artikel dari Machinery Lubrication menyoroti tiga variabel utama:

  1. Kecepatan (Speed): Ini adalah aturan praktis yang paling dasar. Kecepatan tinggi membutuhkan viskositas rendah (encer), sedangkan kecepatan rendah membutuhkan viskositas tinggi (kental). Pada putaran lambat, oli butuh "bodi" yang tebal untuk tetap melekat dan memisahkan logam.

  2. Beban (Load): Semakin berat beban yang ditanggung gear, semakin tinggi viskositas yang dibutuhkan untuk menahan tekanan tersebut agar film pelumas tidak pecah.

  3. Suhu (Temperature): Oli menipis saat panas dan mengental saat dingin. Anda harus memilih oli dengan Indeks Viskositas (VI) yang tepat agar oli tetap stabil pada suhu operasional mesin Anda.

Kesimpulan

Memilih oli gear bukan sekadar mengambil kaleng terdekat di rak bengkel. Ini adalah tentang menyeimbangkan kecepatan, beban, dan suhu untuk menciptakan ketebalan film yang optimal.

Selalu rujuk pada manual OEM (Original Equipment Manufacturer) Anda. Mengabaikan spesifikasi viskositas demi menghemat sedikit uang di awal seringkali berujung pada biaya perbaikan mesin yang jauh lebih mahal di kemudian hari. Ingat, viskositas yang tepat adalah asuransi terbaik bagi umur panjang mesin Anda.

Senin, 01 Desember 2025

Silicone Grease untuk pemakaian di industri



Penggunaan silicone grease dalam industri sudah menjadi bagian dalam manufaktur, perakitan / assembly dan perawatan / maintenance. Silicone grease memiliki karakter unik dari senyawa synthetic yaitu komponen polymer silicon dengan karbon dan oksigen. Bentuknya seperti gel atau agar-agar berwarna bening agak putih memiliki daya rekat yang sangat kuat dan tahan terhadap air, korosi, suhu extrim.

Karakter silicone grease mampu beradaptasi dengan hampir semua material, seperti karet, plastik, kayu, besi, tembaga, fiber, dll. Sifat karakter inilah yang membuat silicone grease dapat peranan yang berbeda dengan grease pada umumnya. Grease yang berbahan dasar minyak bumi dapat merusak part yang terbuat dari plastic & karet.     

Silicone Grease merupakan pelumas yang memiliki ketahanan pada suhu extrim. Jangkauan suhu operasional sampai 200 C. Silicone grease termasuk longlife lubricant atau pelumas dengan jangka pemakaian yang Panjang. Hal ini disebabkan bahan dasar minyak sintetis yang memiliki rantai molekul kompleks dan panjang, sehingga tidak mudah terurai namun tetap aman untuk lingkungan dan kesehatan.

Silicone grease juga memiliki ketahanan terhadap gas dan bahan kimia seperti : Nitric Acid 40%, Sulphuric Acid Concentrate, Glycol Solution 90%, Glycerol, Butane, Compressed Chlorine Gas, Liquid Amonia, Sulphur Dioxide

Silicone Grease memiliki sifat insulator dan tidak tembus terhadap listrik. Ketahanannya mampu mencapai 30KV/mm. Maka dari itu silicone grease banyak digunakan pada peralatan elektronik dan elektrikal tegangan menengah ke bawah.

Pemakaian pada industri power dan listrik biasa digunakan pada circuit breaker, panel, busbar, switch-breaker dan peralatan listrik lainnya. Selain melindungi dari air, uap & gas juga mampu menahan loncatan listrik / corona discharge dan mampu menahan induksi gelombang elektromagnetik yang membahayakan.

Silicone grease banyak digunakan dalam industri yang membutuhkan spesifikasi khusus yang tidak bisa dilayani dengan pelumas minyak bumi. Beberapa contoh produk yang memakai silicone grease antara lain :
  • Mesin cetak
  • Peralatan elektronik
  • Peralatan selam
  • Peralatan listrik tegangan menengah & sedang
  • Alat sensor
  • Peralatan di industri kimia
  • Peralatan kesehatan & foodgrade


Jumat, 03 Oktober 2025

Perbedaan pelumas dengan aditif Anti Wear ( AW) dan Extreme Pressure ( EP)



Anda pernah tahu perbedaan antara aditif dalam pelumas :  anti-wear (AW) dan Extreme Pressure (EP)
Aditif dipilih berdasarkan kemampuannya untuk melakukan peran tertentu bersama minyak dasar ( base oil ) dalam aplikasi. Secara alami, aditif bisa meningkatkan sifat baru dalam pelumas, serta menekan dan mengurangi sifat yang tidak diinginkan dalam pelumas atau memberikan properti baru sepenuhnya ke base oil. Paket aditif yang dicampurkan biasanya mencapai 30 persen dari volume pelumas yang diformulasikan. Hal ini tergantung pada aplikasinya atau akan digunakan pada alat apa.
Kontrol terhadap tingkat aus dan gesekan karena tekanan adalah salah satu paket aditif yang paling sering digunakan dan umumnya dibuat dalam bentuk aditif anti-wear (AW) atau extreme-pressure (EP). 

Paket aditif ini membentuk molekul besar yang reaktif secara kimiawi. Kemudian cara bekerjanya melindungi permukaan logam dengan lapisan film campuran atau lapisan film bervariasi  sesuai permukaan logam. Karena pada dasarnya permukaan logam itu tidak rata jika dilihat secara mikroskopik ( diperbesar ).

Memang aditif anti-wear (AW) dan Extereme Pressure ( EP) sering dikelompokkan pada kategori yang sama. Ada perbedaan penting fungsi diantara dua paket aditif ini. Aditif anti-wear ( AW) digunakan untuk melindungi permukaan logam dari keausan dan melindungi hilangnya permukaan logam akibat lapisan film pelumas terkikis. Paket aditif AW ini dipicu cara kerjanya dengan suhu atau beban yang meningkat pada kontak permukaan antar logam. Aditif ini bekerja untuk membentuk lapisan  film pelindung agar bisa meminimalkan aus pada permukaan logam.

Cara kerja aditif ini secara kimia bereaksi dengan permukaan logam untuk melindungi permukaan dari keausan, asam korosif dan oksidasi dari base oil. Komposisi kimia dari aditif ini biasanya didasarkan dari senyawa seng dan fosfor, sering dalam bentuk zinc dialkyldithiophosphate (ZDDP). Aditif ini biasanya digunakan dalam minyak hidrolik, oli mesin, oli roda gigi, cairan transmisi otomatis, dan beberapa gemuk / grease.

Sedangkan Aditif Extreme Pressure ( EP )biasanya lebih kuat dan lebih agresif secara kimia daripada aditif anti-wear ( AW). Aditif EP dipergunakan dengan cara meredam pada permukaan logam yang aktif bergesekan. Paket aditif EP ini diaktifkan melalui dua cara yaitu tekanan beban tinggi yang terkait dengan temperature, dan satu lagi tekanan bebabn tinggi yang tidak terkait dengan temperature.

Aditif EP cara bekerjanya terkait dengan tekanan dan suhu termasuk elemen boron, klorin, fosfor dan sulfur, sementara aditif EP yang  bekerja dengan tekanan yang tidak terkait dengan suhu masuk ke dalam kategori sulfat. Ada juga beberapa lapisan film suspensi padat yang bertindak sebagai aditif EP. Ini umumnya datang dalam bentuk grafit atau molibdenum disulfida.
Jenis aditif ini paling sering dibuat dalam bentuk sulfur fosfor, yang digunakan dalam pelumas gear, tidak termasuk roda gigi cacing / worn grear.


Kesimpulannya, perbedaan utama untuk dicatat antara AW dan EP aditif akan mencakup bagaimana mereka diaktifkan dan jenis aplikasi di mana mereka digunakan. Sementara aditif anti-aus secara kimia bereaksi dengan permukaan untuk membentuk film kekuatan geser rendah, aditif tekanan ekstrim menyerap ke permukaan material. Selain itu, aditif anti-aus hampir selalu terbentuk dari peningkatan suhu yang diciptakan karena beban. 

Di sisi lain, aditif tekanan ekstrim sering dapat diaktifkan melalui proses yang tidak terkait dengan suhu. Paket anti wear juga jauh lebih umum di berbagai jenis aplikasi pelumas. Namun, Anda biasanya hanya akan menemukan aditif tekanan ekstrim pada pelumas transmisi dan gear oil /minyak gigi, khususnya pelumas gear non-warm. karena sifat agresifnya terhadap logam kuning



Selasa, 02 September 2025

Memilih grease berdasarkan kecepatan putar bearing


Kita semua tahu bahwa sekitar 90% dari semua pelumasan yang menggunakan grease adalah komponen rolling bearing, sliding bearing, roda gigi atau gear serta kopling. Memang lebih banyak digunakan pada rolling bearing

Tentu saja dengan komponen yang berbeda memerlukan grease yang bersifat berbeda pula. Pada tulisan ini kita akan membahas pelumasan dengan grease pada roliing bearing atau bearing yang berputar.

Salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah faktor ukuran dan kecepatan bearing. Hal ini berkaitan dengan kekuatan dan ketebalan film pelumas.

Model perhitungan sederhana, dapat membantu menentukan satuan yang sering digunakan yaitu DN atau NDm. Untuk menentukan besaran ini diperlukan data-data antara lain : kecepatan putar aplikasi ( rpm ), lebar bearing dan panjang diameter aplikasi yang diputar.

Kita bisa menggunakan rumus :
DN = (rpm) * (bearing bore) 
NDm = rpm * (( bearing bore + outside diameter) / 2)


Biasanya, metode NDm lebih akurat karena bergantung pada diameter luarnya bukan hanya bore bearing. Setelah itu biasanya dikaitkan dengan viskositas minimum pada base oil-nya. Faktor koreksi tertentu harus diterapkan tergantung pada kondisi operasinya misalnya temperature, tekanan, dll.




Sayangnya tidak ada cara standar mengkorelasikan faktor kecepatan dengan struktur dari berbagai jenis pelumas grease. Namun demikian, untuk saat ini patokan ini dapat berfungsi sebagai panduan.
Model perhitungan umum yang digunakan hanya mengambil perhitungan viskositas base oil dan jenis pengental. Pada kenyataannya, ini akan menghasilkan ketebalan sebuah film pelumas dari perhitungan tersebut. Bearing ukuran kecil sering berputar pada kecepatan tinggi. Ini biasanya ditemukan dalam motor listrik dan perangkat elektronik.
Bearing yang berputar cepat umumnya memerlukan grease kaku dengan jumlah yang tinggi, pengental yang baik seperti Polyurea dan base oil dengan viskositas agak rendah. Hal ini untuk memastikan pelumasan yang optimal saat kecepatan putar tinggi dan ketebalan film pelumas mencukupi.



Di sisi lain, bearing dengan ukuran besar besar yang beroperasi pada kecepatan rendah dan biasanya bermuatan berat ( heavy loaded ). Dapat menggunakan grease yang lebih lembut dengan viskositas minyak dasar yang tinggi. Hal ini memungkinkan bahwa grease membutuhkan stabilitas mekanik tinggi dan juga aditif tekanan ekstrim yang baik untuk mengatasi beban tinggi.
Dari uraian di atas menunjukkan kecepatan bearing merupakan salah satu factor yang cukup penting untuk diperhatikan.

Source : http://www.machinerylubrication.com/Read/798/grease-selection



Kamis, 28 Agustus 2025

Klasifikasi pelumas dengan SAE atau ISO VG



Pada dasarnya pelumas oli memiliki standard kekentalan atau viscosity dengan menggunakan standard internasional yang sudah sering kita dengar yaitu SAE atau ISO VG. Sebelum lebih jauh kita bahas yang paling sederhana dulu.

Tingkat kekentalan atau viscosity merupakan standard seberapa hambatan cairan bisa mengalir, ini bisa berlaku untuk semua cairan. Satuan yang digunakan untuk mengukurnya yaitu cSt ( CentiStoke ). Sebagai gambaran mudah kita bisa bandingkan air dengan madu. Air memiliki viscosity = 1 cSt dan Madu memiliki viscosity = 500 cSt, itu artinya air dapat mengalir dengan lancar dengan kekentalan / viscoty rendah, sedangkan madu mengalir sangat lambat dengan kekentalan / viscosity tinggi.

Tingkat kekentalan sebuah cairan sangat berpengaruh pada temperaturnya, maka diberikan standard pada suhu 40°C dan 100°C. Saat ini yang dijadikan acuan adalah 40°C untuk menentukan nilai dari kekentalan oli. 

Pada awalnya standard yang digunakan adalah SAE ( Society of Automotive Engineers ) untuk oli gear & mesin, AGMA ( American Gear Manufacturers Association ) untuk oli gear. 
Namun saat tahun 1975 dibuat standard internasional, kumpulan dari American Society for Testing and Materials ( ASTM ), Society for Tribologists and Lubrication Engineers ( STLE ), British Standards Institute ( BSI ) dan Deutsches Institute for Normung ( DIN ) membuat kesepakatan bersama dengan satuan International Standards Organization Viscosity Grade yang disingkat ISO VG.
Berikut tabel kesetaraan yang menjadi acuan.

Untuk lebih mudahnya kita bisa sederhanakan menjadi tabel berikut.

Tabel untuk ISO VG dan AGMA pada oli gear



Tabel untuk ISO VG dan SAE pada oli mesin dan gear


Tabel untuk ISO VG dan SAE pada oli gear dan transmisi


source :
http://www.machinerylubrication.com/Read/213/iso-viscosity-grades
http://www.engineeringtoolbox.com/iso-vg-grade-d_1206.html



Rabu, 06 Agustus 2025

Menghindari Masalah Ketidakcocokan Gemuk


 Menghindari Masalah Ketidakcocokan Gemuk


"Kami baru-baru ini mengganti elektrik motor di bengkel rekondisi. Sejak pergantian tersebut, ada sejumlah kerusakan pada bearing / bantalan, biasanya hal ini akan terjadi beberapa bulan setelah servis. Sebagian besar, kerusakan ini disebabkan oleh pelumasan yang tidak sesuai. Pada pemeriksaan yang lebih dekat, tampaknya gemuk / grease nya telah menipis dan menjadi hampir meluber / mencair. 

Kami menduga bahwa bengkel rekondisi tempat servis sebelumnya menggunakan gemuk yang lebih rendah kualitasnya daripada gemuk motor listrik kami, tetapi mereka meyakinkan kepada kami bahwa mereka menggunakan gemuk sintetis berkualitas premium. Bagaimana pendapat Anda?"



Tanpa rincian lebih lanjut, sulit untuk menghubungkan akar penyebab kerusakan yang tepat. Namun, dengan sudut pandang pemakaian gemuk, salah satu masalah yang paling sering ditemui adalah ketidakcocokan antara berbagai jenis gemuk yang dibuat dari pengental yang berbeda.

 

Untuk motor listrik, gemuk yang paling umum digunakan dibuat dari bahan pengental sabun lithium-kompleks atau bahan poliurea. Sementara gemuk berbasis poliurea dan lithium-kompleks dapat digunakan dalam aplikasi ini, keduanya biasanya dianggap tidak kompatibel satu sama lain dan tidak boleh dicampur kecuali pengujian kompatibilitas yang tepat telah dilakukan.

 

Untuk menghindari jenis masalah ini, disarankan untuk meminta bengkel rekondisi menggunakan gemuk yang sama dengan yang Anda rencanakan untuk digunakan untuk mengoles ulang bantalan, atau paling tidak, tunjukkan jenis dan merek gemuk yang digunakan secara tepat sehingga Anda dapat menentukan apakah ada masalah kompatibilitas yang serius antara dua gemuk.

 

Seringkali disarankan untuk menyediakan tabung pelumas ke bengkel rekondisi setiap kali motor dikirim untuk rekondisi untuk menghindari masalah ini.

 

Kompatibilitas gemuk sering membingungkan pengguna gemuk, meskipun sebagian besar produsen gemuk membuat bagan kompatibilitas. Ini karena grafik dari berbagai produsen sering tidak setuju satu sama lain pada kombinasi tipe pengental tertentu.

 

Di masa lalu, ketika sabun sederhana dan tanah liat adalah jenis pengental utama, kompatibilitasnya relatif mudah. Sabun litium dan kalsium cocok satu sama lain, dan keduanya tidak terlalu baik bila dicampur dengan minyak berbahan dasar tanah liat.

 

Saat ini, dengan tidak hanya pengental yang disebutkan di atas tetapi juga sabun kompleks, poliurea, kalsium sulfonat, dan bahkan pengental yang lebih eksotis yang digunakan dalam banyak gemuk, masalah kompatibilitas menjadi jauh lebih rumit.

 

Untuk menambah kebingungan, ada beberapa spesifikasi gemuk yang hanya didasarkan pada kinerja gemuk tanpa memperhatikan komposisi gemuk. Jika gemuk dari jenis pengental yang berbeda (keduanya memenuhi persyaratan kinerja spesifikasi) tercampur dalam layanan, konsekuensi yang mengerikan dapat terjadi.

 


Selasa, 05 Agustus 2025

Mengoptimalkan Performa Mesin Gas dengan Total Nateria MH 40


 Apakah Anda tahu bahwa mesin berbahan bakar gas memerlukan perhatian khusus yang berbeda dari mesin diesel? Di dunia industri yang semakin modern, pemilihan pelumas yang tepat adalah kunci untuk menjaga performa dan efisiensi mesin Anda. Mari kita eksplorasi keunggulan Total Nateria MH 40, pelumas industri yang dirancang khusus untuk mesin gas.

Mengapa Pelumas Khusus Gas Engine?
Mesin gas menghasilkan karakteristik operasional yang unik. Suhu tinggi, pembentukan endapan, dan kebutuhan untuk menjaga kebersihan mesin merupakan tantangan yang harus dihadapi. Dengan Total Nateria MH 40, Anda tidak hanya mendapatkan pelumas, tetapi juga solusi yang meningkatkan umur mesin dan efisiensi bahan bakar.

Keunggulan Total Nateria MH 40:

  • SAE 40 untuk Performa Optimal: Dirancang dengan viskositas SAE 40, produk ini memberikan pelumasan yang superior pada suhu tinggi, memastikan setiap bagian mesin bekerja dengan maksimal.
  • Mencegah Pembentukan Deposit / kerak : Formula inovatifnya membantu mencegah pembentukan endapan, menjaga kebersihan mesin agar tetap berfungsi dengan baik.
  • Perlindungan Terhadap Aus: Total Nateria MH 40 menawarkan perlindungan yang kuat terhadap aus, mengurangi risiko kerusakan dan memperpanjang umur mesin Anda.
Jika Anda ingin memastikan mesin gas Anda beroperasi pada tingkat terbaik, memilih pelumas yang tepat adalah langkah yang tak boleh diabaikan. Total Nateria MH 40 adalah pilihan cerdas bagi para pelaku industri yang ingin mencapai efisiensi dan keandalan maksimum. Jadikan Total Nateria MH 40 sebagai bagian dari strategi perawatan mesin Anda dan rasakan perbedaannya!