Karakteristik utama secara fisik, pelumas yang berpengaruh
terhadap perubahan suhu meliputi :
- viskositas & viskositas indeks,
- titik tuang / pour point
- base oil
Viskositas / tingkat kekentalan
Viskositas minyak merupakan hal penting untuk pertimbangan yang paling penting
ketika memilih pelumas. Viskositas minyak adalah kemampuannya untuk mengalir
atau resistensi internal untuk mengalir.
Gambaran mudahnya : pelumas membentuk film minyak antara bearing
dan poros, beberapa molekul minyak akan tertarik ke permukaan poros, sementara
molekul minyak lainnya tertarik ke permukaan bearing. Ini disebut laju geser potensial dan secara langsung dipengaruhi oleh viskositas dan operasi suhu minyak itu.
Sebuah pelumas dengan type multi-grade dengan viskositas rendah
(lebih tipis terbentuknya film minyak) umumnya akan memiliki laju geser
potensial yang lebih tinggi, sementara minyak viskositas tunggal atau mono
grade umumnya akan memiliki laju geser potensial yang lebih rendah.
Selama pelumas dengan viskositas rendah dan laju geser
potensi tinggi akan mampu membentuk sebuah film minyak yang cukup, hal ini sangat
jelas bahwa sebuah apalikasi yang dioperasikan akan mengalami kenaikan suhu. Dengan
naiknya suhu semakin turun nilai viskositas – semakin encer pelumas yang
menyebabkan semakin tipis film minyak yang terbentuk. Hal ini dapat
dimungkinkan juga film minyak tidak mampu menahan beban dan terjadi kontak
logam-ke-logam, jika viskositas minyak dari awal memang sudah terlalu rendah.
Jika viskositas minyak terlalu tinggi – terlalu kental dengan
laju geser potensi rendah, menyebabkan hambatan internal saat minyak mengalir
dan akan meningkatkan suhu secara drastis. Dengan kondisi yang demikian akan
menyebabkan kondisi terlalu panas, yang juga dapat menyebabkan kerusakan pada
film minyak dan dapat menyebabkan oksidasi minyak. Oleh karena itu, sangat
penting bahwa pelumas yang akan dipilih harus
mampu melindungi pada rentang suhu operasi peralatan.
Istilah yang paling umum yang menggambarkan viskositas
adalah viskositas kinematik, yang diukur dalam centistokes (cSt) pada 40 C dan
100 C. Spesifikasi ini biasanya tercantum pada lembar data pelumas yang
dikeluarkan oleh perusahaan pelumas.
Pour Point / Titik Tuang
Pour Point/ titik tuang minyak didefinisikan sebagai suhu
terendah di mana pelumas akan mengalir. Hal ini sering salah diartikan dan
digunakan sebagai kriteria seleksi viskositas minyak.
Sebagai contoh, pelumas memiliki titik tuang minus 30
derajat C. Kebanyakan orang berasumsi bahwa ini berarti bahwa minyak akan
mengalir ke bearing peralatan bahkan ketika suhu lingkungan di minus 30 derajat
C. Ini adalah kekeliruan .
Jika minyak ini dengan titik tuang minus 30 derajat C dan
beroperasi di suhu sekitar minus 30 derajat C, akan memaksa pompa minyak
bekerja extra dalam mengocok minyak yang menyebabkan peningkatan suhu minyak.
Hal ini pada gilirannya memungkinkan viskositas minyak untuk tipis cukup
sehingga perlahan-lahan mulai mengalir melalui saluran minyak untuk komponen
dilumasi.
Sering, proses ini memakan waktu 5 sampai 10 menit atau
lebih , istilah kita dipanaskan terlebih dahulu. Justru teknologi pelumas sekarang sudah tidak perlu dipanaskan selama itu, karena efesiensi energi dari bahan bakar.
Jika memakai pelumas yang titik tuangnya terlalu rendah dari yang direkomendasikan oleh mesin, dan kita memanaskan aplikasi sebentar terus dioperasikan, sementara pelumas belum mengalir sempurna akan terjadi kerusakan parah dapat terjadi pada berbagai komponen, karena
minyak ini sebenarnya terlalu tebal mengalir. Jangan pilih pelumas berdasarkan
titik tuangkan saja.
Viscosity Index
Viscosity Index (VI) dari minyak adalah istilah yang
digunakan untuk mengambarkan tingkat resistensi - ketahanan terhadap perubahan viskositas yang
dipengaruhi oleh perubahan suhu.
Pelumas yang filmnya menipis
(berkurang viskositas) secara signifikan dengan meningkatnya suhu, inilah yang dikatakan memiliki VI rendah. Minyak yang
viskositas tidak berubah secara signifikan akibat kenaikan suhu, inilah yang
dikatakan memiliki VI tinggi.
Hubungan antara suhu dengan
viskositas ini adalah pertimbangan yang paling penting ketika memilih minyak
yang akan dioperasikan pada peralatan yang mengalami perubahan suhu.Viskositas Indeks
ini sangat penting diperhatikan jika
digunakan pada aplikasi yang dioperasikan dari dingin.
Base Oil
Base Oil / minyak dasar juga harus dipertimbangkan ketika
memilih pelumas. Seperti pada tulisan sebelumnya tentang base oil. Berbagai type group minyak baik yang mineral dan sintetis dipilih sesuai dengan aplikasi sistem peralatannya.
Minyak berbasis mineral /Non-sintetis memiliki berbagai basis
tergantung pada struktur molekul dan kimia mereka. Minyak dasar dapat parafin,
naftenat atau aromatik, dan proses seleksi harus memperhitungkan jenis base
oil.
Misalnya, minyak dasar naftenat memiliki VI alami yang rendah
dan dapat dipilih untuk peralatan di mana suhu ekstrim tidak mempengaruhi
operasi. Di sisi lain, minyak dasar parafin memiliki alam VI yang jauh lebih
tinggi daripada jenis naftenat, membuat type pelumas ini digunakan dalam
aplikasi luar ruangan. Saat ini type pelumas paraffin yang lebih banyak
dikembangkan.
0 komentar:
Posting Komentar