Kamis, 01 Oktober 2015

Pengaruh peningkatan temperatur terhadap pelumas


Karakteristik utama secara fisik, pelumas yang berpengaruh terhadap perubahan suhu meliputi : 
  • viskositas & viskositas indeks, 
  • titik tuang / pour point 
  • base oil 


Viskositas / tingkat kekentalan

Viskositas minyak merupakan hal  penting untuk pertimbangan yang paling penting ketika memilih pelumas. Viskositas minyak adalah kemampuannya untuk mengalir atau resistensi internal untuk mengalir.

Gambaran mudahnya : pelumas membentuk film minyak antara bearing dan poros, beberapa molekul minyak akan tertarik ke permukaan poros, sementara molekul minyak lainnya tertarik ke permukaan bearing. Ini disebut laju geser potensial dan secara langsung dipengaruhi oleh viskositas dan operasi suhu minyak itu.
Sebuah pelumas dengan type multi-grade dengan viskositas rendah (lebih tipis terbentuknya film minyak) umumnya akan memiliki laju geser potensial yang lebih tinggi, sementara minyak viskositas tunggal atau mono grade umumnya akan memiliki laju geser potensial yang lebih rendah.

Selama pelumas dengan viskositas rendah dan laju geser potensi tinggi akan mampu membentuk sebuah film minyak yang cukup, hal ini sangat jelas bahwa sebuah apalikasi yang dioperasikan akan mengalami kenaikan suhu. Dengan naiknya suhu semakin turun nilai viskositas – semakin encer pelumas yang menyebabkan semakin tipis film minyak yang terbentuk. Hal ini dapat dimungkinkan juga film minyak tidak mampu menahan beban dan terjadi kontak logam-ke-logam, jika viskositas minyak dari awal memang sudah terlalu rendah.

Jika viskositas minyak terlalu tinggi – terlalu kental dengan laju geser potensi rendah, menyebabkan hambatan internal saat minyak mengalir dan akan meningkatkan suhu secara drastis. Dengan kondisi yang demikian akan menyebabkan kondisi terlalu panas, yang juga dapat menyebabkan kerusakan pada film minyak dan dapat menyebabkan oksidasi minyak. Oleh karena itu, sangat penting bahwa pelumas yang  akan dipilih harus mampu melindungi pada rentang suhu operasi peralatan.

Istilah yang paling umum yang menggambarkan viskositas adalah viskositas kinematik, yang diukur dalam centistokes (cSt) pada 40 C dan 100 C. Spesifikasi ini biasanya tercantum pada lembar data pelumas yang dikeluarkan oleh perusahaan pelumas.

Pour Point / Titik Tuang

Pour Point/ titik tuang minyak didefinisikan sebagai suhu terendah di mana pelumas akan mengalir. Hal ini sering salah diartikan dan digunakan sebagai kriteria seleksi viskositas minyak.

Sebagai contoh, pelumas memiliki titik tuang minus 30 derajat C. Kebanyakan orang berasumsi bahwa ini berarti bahwa minyak akan mengalir ke bearing peralatan bahkan ketika suhu lingkungan di minus 30 derajat C. Ini adalah kekeliruan .
Jika minyak ini dengan titik tuang minus 30 derajat C dan beroperasi di suhu sekitar minus 30 derajat C, akan memaksa pompa minyak bekerja extra dalam mengocok minyak yang menyebabkan peningkatan suhu minyak. Hal ini pada gilirannya memungkinkan viskositas minyak untuk tipis cukup sehingga perlahan-lahan mulai mengalir melalui saluran minyak untuk komponen dilumasi.

Sering, proses ini memakan waktu 5 sampai 10 menit atau lebih , istilah kita dipanaskan terlebih dahulu. Justru teknologi pelumas sekarang sudah tidak perlu dipanaskan selama itu, karena efesiensi energi dari bahan bakar. 
Jika memakai pelumas yang titik tuangnya terlalu rendah dari yang direkomendasikan oleh mesin, dan kita memanaskan aplikasi sebentar terus dioperasikan, sementara pelumas belum mengalir sempurna akan terjadi kerusakan parah dapat terjadi pada berbagai komponen, karena minyak ini sebenarnya terlalu tebal mengalir. Jangan pilih pelumas berdasarkan titik tuangkan saja.

Viscosity Index

Viscosity Index (VI) dari minyak adalah istilah yang digunakan untuk mengambarkan tingkat resistensi - ketahanan terhadap perubahan viskositas yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. 
Pelumas yang filmnya menipis (berkurang viskositas) secara signifikan dengan meningkatnya suhu, inilah yang  dikatakan memiliki VI rendah. Minyak yang viskositas tidak berubah secara signifikan akibat kenaikan suhu, inilah yang dikatakan memiliki VI tinggi.

Hubungan antara  suhu dengan viskositas ini adalah pertimbangan yang paling penting ketika memilih minyak yang akan dioperasikan pada peralatan yang mengalami perubahan suhu.Viskositas Indeks ini  sangat penting diperhatikan jika digunakan pada aplikasi yang dioperasikan dari dingin.

Base Oil

Base Oil / minyak dasar juga harus dipertimbangkan ketika memilih pelumas. Seperti pada tulisan sebelumnya tentang base oil. Berbagai type group minyak baik yang mineral dan sintetis dipilih sesuai dengan aplikasi sistem peralatannya. 
Minyak berbasis mineral /Non-sintetis memiliki berbagai basis tergantung pada struktur molekul dan kimia mereka. Minyak dasar dapat parafin, naftenat atau aromatik, dan proses seleksi harus memperhitungkan jenis base oil.

Misalnya, minyak dasar naftenat memiliki VI alami yang rendah dan dapat dipilih untuk peralatan di mana suhu ekstrim tidak mempengaruhi operasi. Di sisi lain, minyak dasar parafin memiliki alam VI yang jauh lebih tinggi daripada jenis naftenat, membuat type pelumas ini digunakan dalam aplikasi luar ruangan. Saat ini type pelumas paraffin yang lebih banyak dikembangkan.


0 komentar:

Posting Komentar